Tayangan :

 


Safar bukan sekadar tentang mengelilingi tempat-tempat baru, tetapi juga tentang menjelajahi ruang batin kita. Ini adalah caraku untuk menemukan diriku kembali, caraku memeluk diri sendiri, dan memelihara kesadaran dalam hidupku untuk terus percaya akan kebesaran-Nya. Inilah momen-momen yang membuka pintu bagi diriku untuk menemukan kembali esensi keberadaanku.

Sebagai seorang perempuan, keinginanku adalah terus tumbuh dan berkembang, dan menemukan bahagia dengan cara yang mungkin tak wajar bagi sebagian orang. Safar kali ini kuniatkan untuk bersujud syukur, berterima kasih secara langsung dengan bertamu ke rumah-Nya di Baitullah.

Sungguh kasih sayang Allah sangatlah besar, masih tak percaya rasanya aku mendapat undangan-Nya. Aku bersyukur atas setiap langkah yang telah kulewati dan diberikan perjalanan hidup yang demikian indah. Alhamdulillah.

 




 

pintu gerbang menuju kota Madinah

Beginilah caraku mengisi energiku kembali.

 

Solo, 16 Maret 2024

EstriShinta Sabtu, Maret 16, 2024
Read more ...

Gambar : Netflix

Salam, para pecinta film Indonesia yang berbahagia! Mari bersama-sama me-rivew dunia perfilman Indonesia yang tak hanya menghibur, tetapi juga mengajak kita dalam refleksi, mengeksplorasi kisah penuh makna yang menyentuh hati. Nonton film ini emosi rasanya diaduk-aduk. Tayangan ini hadir di Netflix sejak awal November 2023, dan begitu luar biasanya hingga tak terasa betah menonton selama berjam-jam, marathon ke-5 episodenya langsung habis semalaman. Saran buat perempuan bekerja, nontonnya di akhir pekan saja ya supaya besoknya ga oleng, wkwkwk.

Gadis Kretek (kretek rokok ya, bukan kretek tulang, wkwkwk), film ini bukanlah sekadar film biasa, menjadi karya luar biasa yang diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama. Dengan hangat menyentuh hati, membawa kita berkelana melalui lorong waktu, dan mengungkap rahasia serta romantisme masa lalu di era 60-an. Menurutku sih, ini film Indonesia yang terbagus yang pernah kutonton, bagus bangeet!

 

Sinopsis yang Menarik Perhatian

Kita diantar ke dalam kisah keluarga Lebas, pemilik bisnis kretek Djagad Raja sejak zaman pasca penjajahan Belanda. Lebas (Arya Saloka), anak bungsu yang setia menemani ayahnya, Soeraja atau Raya (Ario Bayu), membawa kita pada perjalanan melalui ruang dan waktu. Kepedihan dan kebingungan Lebas saat mencari sosok misterius Jeng Yah menggugah perasaan. Lah iya, Lebas pastinya bingung, siapa sih Jeng Yah? Nama perempuan yang disebut-sebut bapaknya saat kritis di rumah sakit, sementara nama Jeng Yah itu bukanlah nama ibunya.

Namun, kisah ini tidak hanya sebatas pencarian identitas. Melalui lensa masa lalu, kita menyaksikan Jeng Yah (Dian Sastrowardoyo), seorang perempuan yang berani menantang stereotip pada masanya. Impiannya memajukan bisnis kretek melibatkan cinta, keberanian, dan ambisi yang memukau.

 

Drama Cinta dan Keberanian

Ketika Jeng Yah menemukan cinta dalam diri Soeraja, dan perlahan tapi pasti, kisah cinta tumbuh di tengah hembusan asap rokok dan aroma tembakau. Jadi, Jeng Yah ini jatuh cinta ke Soeraja atau Raya karena Raya adalah satu-satunya laki-laki yang menerima dirinya dan cita-citanya, full support gitu kepada Jeng Yah. Karena pada zaman itu, perempuan belum sepenuhnya diakui potensinya. Jeng Yah harus menghadapi ketidakpercayaan orang lain terhadap kemampuannya. Karena lazimnya perempuan seusia Jeng Yah pada masa itu seharusnya sudah menikah, mempunyai anak, melayani suami dengan area kerja dapur-sumur-kasur. Hanya Raya yang bisa melihatnya sebagai perempuan yang berbeda dan istimewa.

Pun, saat Raya menyatakan cintanya, Jeng Yah memberikan respon yang tak terduga.

Kata Jeng Yah, “Saya?! Saya bukanlah perempuan yang mau melayani laki-laki!” jawabnya lugas. "Cita-cita saya adalah membuat saus kretek terbaik." (kurang lebih seperti itulah dialognya).

Dan secara tak terduga, Raya tak merasa terganggu dengan jawaban Jeng Yah yang tak lazim bagi perempuan di masa itu, malah bersemangat mendukung Jeng Yah. Bahkan, Raya berkeinginan untuk terlibat dalam mewujudkan impian Jeng Yah. Tentu saja hal itu membuat Jeng Yah menerima cinta Raya.

Dalam keadaan seperti ini, dapatkah kita membayangkan betapa istimewanya perempuan yang mendapatkan dukungan dan cinta sejati seperti yang diberikan oleh Raya? Sungguh, tidak banyak yang bisa menandingi kehangatan dan kekuatan dari hubungan yang didasarkan pada dukungan tanpa syarat untuk mencapai impian bersama.

Pertarungan Jeng Yah untuk menciptakan saus kretek terbaik menjadi perjalanan panjang yang menyentuh. Ada konflik keluarga, konflik bisnis, konflik politik, konflik stereotip masyarakat, komplit! Sementara itu, Lebas, di masa kini, melanjutkan perjuangannya untuk menemukan Jeng Yah seperti yang diamanatkan ayahnya di penghujung umurnya.

Akting Pemain yang Luar Biasa

Film ini bertabur bintang. Tidak saja pemainnya ganteng dan cantik, tapi aktingnya juga bagus, karakter di masing-masing tokohnya kuat dan nyatu banget.  

·       Dian Sastro (Jeng Yah) : Dian Sastro begitu memukau dalam perannya sebagai Jeng Yah, menampilkan karakter yang kalem, jarang tersenyum, dan memiliki keanggunan misterius. Keberanian karakter Jeng Yah sungguh luar biasa, sebagai perempuan yang sudah matang, lazimnya diharapkan sudah menapaki jenjang pernikahan. Namun, Jeng Yah justru menolak lamaran para laki-laki dengan tegas. Alasannya jelas, di mana ia menyatakan tidak bersedia melayani laki-laki karena hasrat utamanya adalah menciptakan saus rokok terbaik pada masanya. Inilah yang membuat karakter Jeng Yah begitu kuat dan menginspirasi. Sebagai seorang perempuan yang tidak mengikuti norma pada zamannya, keputusan Jeng Yah mencerminkan keberanian dan kemandirian yang luar biasa.

·       Ario Bayu (Raya) : cintanya kepada Jeng Yah demikian kuat dan tanpa syarat. Ambisinya adalah mewujudkan impian Jeng Yah. Tetapi si Raya ini menurutku lelaki yang rumit. Karena pada saat dihadapkan antara memilih cinta atau mengejar ambisinya sebagai pengusaha sukses, dia malah mengorbankan Jeng Yah.  

·       Ibnu Jamil (Seno) : laki-laki yang mencintai Jeng Yah dengan penuh ketulusan. Meski pernah ditolak dan dikecewakan, dia dengan sabar menemani saat-saat Jeng Yah terpuruk dan putus asa terhadap Raya. Tadinya, saat scene Seno pamitan untuk bertugas ke Irian Jaya, dari pandangan matanya yang sedikit berbeda gitu,  kukira Seno akan mencurangi Jeng Yah seperti Raya. Ternyata nggak, Seno memang meninggal beneran saat bertugas dan cintanya kepada Jeng Yah itu tulus banget.

·       Tissa Biani (Rukayah) : adalah adik dari Dasiyah atau Jeng Yah, hadir sebagai karakter yang berbanding terbalik dengan kakaknya. Dalam keceriaannya, Rukayah digambarkan sebagai sosok adek yang polos, penyayang dan sederhana. Menikmati permen jahe saja bisa membuatnya bahagia. Sayangnya, gadis ceria ini digariskan menanggung beban berat karena harus mengasuh anak Jeng Yah, dia mengabdikan hidupnya untuk membesarkan keponakannya tanpa pernah menikah. Meskipun menghadapi tantangan besar, Rukayah tetap mempertahankan sifatnya yang penuh cinta dan penyayang. Karakternya yang memikat ini diperankan oleh Nungki Kusumastuti pada masa tuanya, menambahkan kedalaman emosional yang luar biasa melalui akting apik dari artis senior ini.  

·       Putri Marino (Arum): berperan sebagai dokter yang membenci kretek dan jutek terhadap Lebas. Kehadiran Arum memberikan sentuhan yang pas sebagai lawan debat Lebas. Arum yang ceplas-ceplos dengan logat medok berhasil membuat Lebas, yang merupakan anak pengusaha kaya raya, merasa kikuk dan dihadapkan pada situasi yang jauh dari kesehariannya. Keberadaan Arum membuat kontras, penyeimbang karakter Lebas  dan  menyegarkan cerita film ini.

·       Arya Saloka (Lebas): Banyak yang memuji akting Arya Saloka sebagai Lebas karena keberhasilannya membawakan karakter ini dengan sangat natural. Lebas, sebagai anak dari Raya, adalah seorang pemuda kota yang belum pernah merasakan kesulitan hidup. Namun, dinamika cerita berubah ketika ia bertemu dengan Arum. Lebas kemudian diberi tugas untuk mencari sosok misterius, Jeng Yah, menghadirkan tantangan baru yang menguji ketangkasannya dan membawa dimensi baru dalam cerita ini.

Jadi, bagi kalian yang mencari cerita dengan lapisan emosional tingkat tinggi dan kejutan yang tak terduga, Gadis Kretek adalah pilihan yang tepat. Film ini bukan hanya tentang rokok, tapi juga tentang cinta, keberanian, dan perjuangan dalam mencapai impian.

Plotnya bagus, pemainnya bagus, latar belakangnya bagus, musiknya bagus, sinematrografinya bagus, dialognya bagus, pokoknya bagus semua deh. Hanya endingnya kurang greget dikiiiit. Tapi dikit kok, hehe, yang lainya bagus banget, bangeet, bangeeett! Menjadi film Indonesia terbaik yang pernah kutonton.



 

EstriShinta Minggu, November 12, 2023
Read more ...