Tayangan :

  

Napak tilas peninggalan Batavia Lama – Oud Batavia


Khas bangunan Belanda dengan jendela yang besar-besar. 


Tiang-tiang lampu yang unik dan ruas jalan yang memberi nuansa berbeda.































Bisa saya bayangkan betapa megahnya lokasi ini tempo dulu, berikut para meneer dan nona Belanda yang berseliweran dengan topi dan baju ala ‘Little Missy’. 
 
Kantor Gubernur Jenderal VOC - doeloe.
Konon, bangunan ini menyerupai Istana Dam di Amsterdam

Sekarang menjadi kota wisata. Kantor Gubernur VOC menjadi Museum Sejarah Jakarta atau juga dikenal sebagai Museum Fatahillah atau Museum Batavia. Kompleks ini  dilengkapi dengan Museum Wayang dan Kantor Pos di sisi kanan dan kirinya.
EstriShinta Kamis, September 01, 2011
Read more ...
Sepeda, mengingatkan saya pada jaman sekolah. Dari Balowerti ke SD Dandangan V (sekarang Sri Ratu) saya jabanin selama 3 tahun – maklum saya baru mendapatan kepercayaan naik sepeda ke sekolah setelah kelas 4 SD – melewati rel kereta api tiap harinya.

Trus, selama 3 tahun berikutnya dari Jl. Dhoho ke  Jl. Diponegoro menjadi rute saya ke SMPN 1 Kediri.  Pertama kali mendapat sepeda baru ya sewaktu SMP ini (kalo sebelumnya saya selalu dapat lungsuran alias bekas). Sepeda baru ini adalah yang pertama saya miliki dan menjadi kebanggaan saya. Sepeda dengan merek Phoenix - warnanya kuning dengan keranjang besar di depannya berikut lampu merahnya dan boncengan empuk karena ada busa warna hitam di atasnya. Bannya juga dihiasi mata kucing lho. Keren banget deh bagi saya waktu itu.  Jika teman2x saya sibuk mencari sepeda di parkiran (maklum satu angkatan saya ada 9 kelas,  dari kelas 1A sampai kelas 1I), belum lagi angkatan kelas 2, belum lagi angkatan kelas 3, jika dihitung total jendral ada 27 kelas yang rata2x per kelasnya berisi 40-an siswa = sekitar 1.080 siswa.  Bisa dibayangkan bagaimana ribetnya mencari sepeda yang rata-rata berwarna biru atau hitam. Saya?!! nggak dong... karena sepeda saya ngejreng, satu-satunya yang berwarna kuning, jadi saya mudah saja menemukannya.

Tiga tahun berikutnya, saya habiskan dengan rute yang lebih jauh lagi. Melewati jembatan lama yang membelah sungai Brantas – SMEA Negeri Kediri. Lagi-lagi, dengan sepeda onthel. Kali ini bukan sepeda Phoenix lagi yang saya bawa - selain sepeda Phoenix sudah uzur umurnya, kayaknya norak juga bawa-bawa kranjang ke sekolah. Saya pun merengek minta dituker sepeda gunung yang waktu itu lagi ngetren.  Biar terlihat tomboy- klop dengan demam basket waktu itu –  kalo saya latihan basket ampe malam (bisa jam 10-an baru nyampe rumah), sepeda gunung inilah yang menemani, rame-rame, bareng teman-teman kadang kebut-kebutan juga.  Heran, waktu itu kenapa lempeng2x aja ya, nggak kepikiran takut kesrempet atau nyusruk ke dalam got, amit-amiittt…. Pokoknya seru banget dah waktu itu!

Semasa muda, jaman ingusan....

Mengobati rasa kangenku, pada sepeda kuningku, pada sepeda gunungku…. 



























 
Kucoba dengan semangat 45. Baru berapa puteran sudah ngos-ngosan. Ternyata… kutak seperti yang dulu, hiks!
EstriShinta Kamis, September 01, 2011
Read more ...