Safar bukan sekadar tentang mengelilingi
tempat-tempat baru, tetapi juga tentang menjelajahi ruang batin kita. Ini
adalah caraku untuk menemukan diriku kembali, caraku memeluk diri sendiri, dan
memelihara kesadaran dalam hidupku untuk terus percaya akan kebesaran-Nya.
Inilah momen-momen yang membuka pintu bagi diriku untuk menemukan kembali
esensi keberadaanku.
Sebagai seorang perempuan, keinginanku adalah
terus tumbuh dan berkembang, dan menemukan bahagia dengan cara yang mungkin tak
wajar bagi sebagian orang. Safar kali ini kuniatkan untuk bersujud syukur,
berterima kasih secara langsung dengan bertamu ke rumah-Nya di Baitullah.
Sungguh kasih sayang Allah sangatlah besar, masih
tak percaya rasanya aku mendapat undangan-Nya. Aku bersyukur atas setiap
langkah yang telah kulewati dan diberikan perjalanan hidup yang demikian indah.
Alhamdulillah.
Salam, para pecinta film
Indonesia yang berbahagia! Mari bersama-sama me-rivew dunia perfilman
Indonesia yang tak hanya menghibur, tetapi juga mengajak kita dalam refleksi,
mengeksplorasi kisah penuh makna yang menyentuh hati. Nonton film ini emosi
rasanya diaduk-aduk. Tayangan ini hadir di Netflix sejak awal November 2023,
dan begitu luar biasanya hingga tak terasa betah menonton selama berjam-jam,
marathon ke-5 episodenya langsung habis semalaman. Saran buat perempuan
bekerja, nontonnya di akhir pekan saja ya supaya besoknya ga oleng,
wkwkwk.
Gadis Kretek (kretek
rokok ya, bukan kretek tulang, wkwkwk), film ini bukanlah sekadar film
biasa, menjadi karya luar biasa yang diangkat dari sebuah novel dengan judul
yang sama. Dengan hangat menyentuh hati, membawa kita berkelana melalui lorong
waktu, dan mengungkap rahasia serta romantisme masa lalu di era 60-an.
Menurutku sih, ini film Indonesia yang terbagus yang pernah kutonton, bagus bangeet!
Sinopsis yang Menarik Perhatian
Kita diantar ke dalam
kisah keluarga Lebas, pemilik bisnis kretek Djagad Raja sejak zaman pasca
penjajahan Belanda. Lebas (Arya Saloka), anak bungsu yang setia menemani
ayahnya, Soeraja atau Raya (Ario Bayu), membawa kita pada perjalanan melalui
ruang dan waktu. Kepedihan dan kebingungan Lebas saat mencari sosok misterius
Jeng Yah menggugah perasaan. Lah iya, Lebas pastinya bingung, siapa sih Jeng
Yah? Nama perempuan yang disebut-sebut bapaknya saat kritis di rumah sakit,
sementara nama Jeng Yah itu bukanlah nama ibunya.
Namun, kisah ini tidak
hanya sebatas pencarian identitas. Melalui lensa masa lalu, kita menyaksikan
Jeng Yah (Dian Sastrowardoyo), seorang perempuan yang berani menantang
stereotip pada masanya. Impiannya memajukan bisnis kretek melibatkan cinta,
keberanian, dan ambisi yang memukau.
Drama Cinta dan Keberanian
Ketika Jeng Yah
menemukan cinta dalam diri Soeraja, dan perlahan tapi pasti, kisah cinta tumbuh
di tengah hembusan asap rokok dan aroma tembakau. Jadi, Jeng Yah ini jatuh
cinta ke Soeraja atau Raya karena Raya adalah satu-satunya laki-laki yang
menerima dirinya dan cita-citanya, full support gitu kepada Jeng Yah.
Karena pada zaman itu, perempuan belum sepenuhnya diakui potensinya. Jeng Yah
harus menghadapi ketidakpercayaan orang lain terhadap kemampuannya. Karena
lazimnya perempuan seusia Jeng Yah pada masa itu seharusnya sudah menikah,
mempunyai anak, melayani suami dengan area kerja dapur-sumur-kasur. Hanya Raya
yang bisa melihatnya sebagai perempuan yang berbeda dan istimewa.
Pun, saat Raya
menyatakan cintanya, Jeng Yah memberikan respon yang tak terduga.
Kata Jeng Yah, “Saya?! Saya bukanlah perempuan yang mau melayani laki-laki!” jawabnya lugas.
"Cita-cita saya adalah membuat saus kretek terbaik." (kurang lebih
seperti itulah dialognya).
Dan secara tak terduga, Raya
tak merasa terganggu dengan jawaban Jeng Yah yang tak lazim bagi perempuan di
masa itu, malah bersemangat mendukung Jeng Yah. Bahkan, Raya berkeinginan untuk
terlibat dalam mewujudkan impian Jeng Yah. Tentu saja hal itu membuat Jeng Yah
menerima cinta Raya.
Dalam keadaan seperti
ini, dapatkah kita membayangkan betapa istimewanya perempuan yang mendapatkan
dukungan dan cinta sejati seperti yang diberikan oleh Raya? Sungguh, tidak
banyak yang bisa menandingi kehangatan dan kekuatan dari hubungan yang didasarkan
pada dukungan tanpa syarat untuk mencapai impian bersama.
Pertarungan
Jeng Yah untuk menciptakan saus kretek terbaik menjadi perjalanan panjang yang
menyentuh. Ada konflik keluarga, konflik bisnis, konflik politik, konflik
stereotip masyarakat, komplit! Sementara itu, Lebas, di masa kini, melanjutkan
perjuangannya untuk menemukan Jeng Yah seperti yang diamanatkan ayahnya di
penghujung umurnya.
Akting Pemain yang Luar Biasa
Film ini bertabur
bintang. Tidak saja pemainnya ganteng dan cantik, tapi aktingnya juga bagus, karakter
di masing-masing tokohnya kuat dan nyatu banget.
·
Dian Sastro (Jeng Yah) : Dian Sastro begitu memukau dalam perannya
sebagai Jeng Yah, menampilkan karakter yang kalem, jarang tersenyum, dan
memiliki keanggunan misterius. Keberanian karakter Jeng Yah sungguh luar biasa,
sebagai perempuan yang sudah matang, lazimnya diharapkan sudah menapaki jenjang
pernikahan. Namun, Jeng Yah justru menolak lamaran para laki-laki dengan tegas.
Alasannya jelas, di mana ia menyatakan tidak bersedia melayani laki-laki karena
hasrat utamanya adalah menciptakan saus rokok terbaik pada masanya. Inilah yang
membuat karakter Jeng Yah begitu kuat dan menginspirasi. Sebagai seorang
perempuan yang tidak mengikuti norma pada zamannya, keputusan Jeng Yah
mencerminkan keberanian dan kemandirian yang luar biasa.
·
Ario Bayu (Raya) : cintanya kepada Jeng Yah demikian kuat dan tanpa
syarat. Ambisinya adalah mewujudkan impian Jeng Yah. Tetapi si Raya ini
menurutku lelaki yang rumit. Karena pada saat dihadapkan antara memilih cinta
atau mengejar ambisinya sebagai pengusaha sukses, dia malah mengorbankan Jeng
Yah.
·
Ibnu Jamil (Seno) : laki-laki yang mencintai Jeng Yah dengan penuh
ketulusan. Meski pernah ditolak dan dikecewakan, dia dengan sabar menemani
saat-saat Jeng Yah terpuruk dan putus asa terhadap Raya. Tadinya, saat scene
Seno pamitan untuk bertugas ke Irian Jaya, dari pandangan matanya yang sedikit
berbeda gitu, kukira Seno akan mencurangi Jeng Yah seperti Raya. Ternyata
nggak, Seno memang meninggal beneran saat bertugas dan cintanya kepada Jeng Yah
itu tulus banget.
·
Tissa Biani (Rukayah) : adalah adik dari Dasiyah atau Jeng Yah, hadir
sebagai karakter yang berbanding terbalik dengan kakaknya. Dalam keceriaannya,
Rukayah digambarkan sebagai sosok adek yang polos, penyayang dan sederhana.
Menikmati permen jahe saja bisa membuatnya bahagia. Sayangnya, gadis ceria ini
digariskan menanggung beban berat karena harus mengasuh anak Jeng Yah, dia
mengabdikan hidupnya untuk membesarkan keponakannya tanpa pernah menikah.
Meskipun menghadapi tantangan besar, Rukayah tetap mempertahankan sifatnya yang
penuh cinta dan penyayang. Karakternya yang memikat ini diperankan oleh Nungki
Kusumastuti pada masa tuanya, menambahkan kedalaman emosional yang luar biasa
melalui akting apik dari artis senior ini.
·
Putri Marino (Arum): berperan sebagai dokter yang membenci kretek dan
jutek terhadap Lebas. Kehadiran Arum memberikan sentuhan yang pas sebagai lawan
debat Lebas. Arum yang ceplas-ceplos dengan logat medok berhasil membuat Lebas,
yang merupakan anak pengusaha kaya raya, merasa kikuk dan dihadapkan pada
situasi yang jauh dari kesehariannya. Keberadaan Arum membuat kontras,
penyeimbang karakter Lebas dan menyegarkan cerita film ini.
·
Arya Saloka (Lebas): Banyak yang memuji akting Arya Saloka sebagai Lebas
karena keberhasilannya membawakan karakter ini dengan sangat natural. Lebas,
sebagai anak dari Raya, adalah seorang pemuda kota yang belum pernah merasakan
kesulitan hidup. Namun, dinamika cerita berubah ketika ia bertemu dengan Arum.
Lebas kemudian diberi tugas untuk mencari sosok misterius, Jeng Yah,
menghadirkan tantangan baru yang menguji ketangkasannya dan membawa dimensi
baru dalam cerita ini.
Jadi, bagi kalian yang
mencari cerita dengan lapisan emosional tingkat tinggi dan kejutan yang tak
terduga, Gadis Kretek adalah pilihan yang tepat. Film ini bukan hanya
tentang rokok, tapi juga tentang cinta, keberanian, dan perjuangan dalam
mencapai impian.
Plotnya bagus, pemainnya
bagus, latar belakangnya bagus, musiknya bagus, sinematrografinya bagus,
dialognya bagus, pokoknya bagus semua deh. Hanya endingnya kurang greget
dikiiiit. Tapi dikit kok, hehe, yang lainya bagus banget, bangeet, bangeeett!
Menjadi film Indonesia terbaik yang pernah kutonton.
Selamat datang di blog saya, semoga betah dan menemukan informasi yang bermanfaat. Jangan ragu untuk berbagi komentar, kritik, ataupun saran untuk membuat blog ini semakin baik. Harap maklum jika isinya campur-campur, persis pemiliknya yang random 😍.Terima kasih atas kunjungannya!