Foto : Pexels |
Hai teman-teman pembaca blog yang cantik dan berjiwa petualang! Saya punya cerita seru nih dari perjalanan backpackeran saya ke Macau. Perjalanan kali ini adalah perjalanan berdua bersama seorang teman dengan tiket promo AirAsia : Jakarta-Macau, Hongkong-Jakarta seharga 900 ribu-an (pp), murah bukaaan.
Kehebohan bermula di bandara KLIA2, saat itu saya sedang bersiap-siap untuk boarding setelah transit di Kuala Lumpur untuk melanjutkan perjalananan ke Macau. Rute ini adalah pilihan rute yang paling murah. Iyess, menunggu sejam-dua jam di Kuala Lumpur tak masalah bagi saya, sejatinya saya pun menyukai suasana bandara. Nah, karena pintu boarding masih belum dibuka, daripada gabut, saya iseng-iseng keliling bandara, masih sekitaran gate sih. Memperhatikan beragam orang, ada yang bercengkerama hangat, ada yang saling berpelukan saat berpisah, ada yang melepaskan sepasang pengantin untuk honey moon, ada yang serius... melihat keunikan setiap individu yang melintas di antara perjalanan mereka
Etapi tunggu dulu! Saat kaki saya melewati layar informasi penerbangan (itu loh, layar seperti tv segede gaban yang menunjukan jadwal penerbangan beserta nomor gate), saya kaget dong! Saat saya mengecek ulang no pesawat, saya baru tersadar bahwa penerbangan ke Macau sudah berpindah gate! Nomor gate di tiket saya berbeda dengan no gate di layar informasi. Panik? Panik lah… karena jadwal penerbangan tinggal 10 menit-an lagi! Auto spot jantung saya. Yang bikin heran saya, kenapa bandara sebesar KLIA2 nggak memberikan pengumuman apa pun. Seharusnya mereka menugaskan, ya minimal satu orang lah untuk memberikan informasi kepada penumpang di gate asal, atau lewat pengeras suara misalnya. Lah ini , ga ada informasi sama sekali sekalain di laya informasi. Iya, kalau penumpang ngeh dengan layar informasi, tapi kalau nggak... ya wasalam!
Sebenarnya, sejak awal duduk di depan pintu boarding saya sudah merasa aneh sih. Saya sempat mikir, kurang 10 menit lagi penerbangan, kenapa pintu boarding belum terbuka ya, dan sepiii? Ga ada petugas, ga ada penumpang lain, hanya ada satu orang kakek-kakek yang terkantuk-kantuk duduk di kursi di sebelah saya. Kok rasanya aneh ya, cuma kami bertiga, hanya ada saya berdua teman saya dan si kakek-kakek tadi. Masa iya penerbangan ke Macau satu pesawat hanya bertiga? Dan benar, ternyata saya salah gate!
Spontan saya ambil ransel saya, dengan bahasa tarzan (karena saya tak pandai berbahasa ingris) saya bilang ke kakek-kakek tersebut bahwa pintu keberangkatan pesawat telah berganti. Bagi yang belum pernah ke KLIA2 saya informasikan bahwa bandara ini tuh gedenya berkali lipat dari lapangan bola, dan di menit terakhir saya juga ga tau arah gate ‘baru’ itu ada dimana. Jadi, kami bertiga berlari-larian kaya apaan tau deh. Yang kasihan tuh kakek-kakek tadi, lebih syok ketimbang kami. Dari petugas bandara yang kami jumpai disepanjang rute ‘maraton’, kami mendapat info bahwa gatenya tuh nun jauh di ujung sana (saya lupa waktu itu gate berapa). Yang jelas dari ujung ke ujung. Saya sampai ngap-ngapan. Berharap tak ketinggalan pesawat. Sempat saya tangkap perbincangan sesama petugas bandara, mereka juga menyesalkan, karena ternyata perpindahan gate di menit-menit terakhir memang sering terjadi di bandara ini. Dan… kami harus melewati lapis pemeriksaan lagi doong. Kebayang ga gimana paniknya saya waktu itu. Dengan bahasa sepotong-sepotong (bonus screaming karena panik) saya langsung unjukin jam pesawat di tiket saya ke petugas. Yang kasihan kakek-kakek tadi, ikat pinggangnya kena alat detektor sehingga sempat tertahan. Saya ga nunggu karena saya lanjut lari, ada mungkin jaraknya sekilo lebih, entah… saya sudah keburu panik dan rasanya darah langsung naik ke ubun-ubun hehe…
Ternyata benar, sesampainya di gate ruang boarding sudah terbuka, dan calon penumpang telah berkumpul penuh. Untunglah saya tak ketinggalan pesawat. Menyusul kemudian kakek-kakek tadi, yang disambut heboh oleh rombongannya. Rupanya kakek-kakek tadi terpisah dari rombongannya. Saya heran darimana mereka tau lebih awal tentang perpindahan gate ini, karena saya tak mendapat notif apapun mengenai perpindahan gate baik dari email maupun handphone. Kakek-kakek tadi disambut oleh rombongannya dengan suka-cita, saya lihat wajah lega. Saya juga lega karena ga jadi ketinggalan pesawat, hehe… Selanjutnya banyak orang dari rombongan si kakek menghampiri saya, trus mereka mengucapkan terima kasih dengan bahasa Cina, mengajak berfoto saya dan teman saya, jepret-jepret, hehe. Entahlah, saya sempat parno juga saat diajak foto, jangan-jangan… tapi ya sudahlah lah, pokoknya pikiran saya sempat konslet waktu itu, campur aduk. Sepertinya kakek-kakek tadi bercerita ke teman-temannya atau keluarganya mungkin, bahwa kami yang menyelamatkannya dari ketinggalan pesawat. Ekspresinya terlihat heboh dengan bahasa Cina yang tak saya pahami.
Semenit kemudian saya sudah diarahkan masuk ke pesawat. Sudah tenang sekarang, meski kepala saya masih nyut-nyutan akibat panik. Di atas pesawat, tak disangka kami malah di-traktir dong sama kakek-kakek tadi. Dia memaksa untuk membayar makan siang kami. Meskipun kami sempat menolak dia terus memaksa, yang saya pahami dari isyarat tangannya dia ingin berterima kasih dengan cara tersebut. Begitulah, ternyata ungkapan, “tak ada makan siang gratis” ga selamanya benar. Ada juga kok, “makan siang gratis” seperti saya saat itu.
Nah, itulah sedikit kisah seru dari perjalanan saya yang menghebohkan. Backpakeran kali ini punya rute panjang loh, Jakarta-Kuala Lumpur-Macau-Hongkong-Manila-Jakarta (rute dengan harga teririt berdasarkan analisa saya, hehe). Semoga ceritanya bisa bermanfaat buat kalian semua.
Pesan dari saya: jangan lupa selalu perhatikan layar informasi di bandara ya, jangan sampai seperti kami yang hampir ketinggalan pesawat gara-gara gate berpindah!
Sampai jumpa di kisah petualangan berikutnya, keep exploring and stay fabulous!