|
Gambar : Pixabay |
Halo,
perempuan-perempuan hebat!
Kali ini,
mari kita membahas fenomena yang pernah heboh beberapa waktu yang lalu, “crazy
rich”. Itu loh… istilah yang mengacu pada individu atau keluarga
yang super duper kaya yang kekayaannya diluar nalar. Mereka seringkali hidup
dalam kemewahan ekstrem dan cara hidupnya melebihi batas imajinasi kita.
Contoh, bikin supermarket di dalam rumah, taro mesin ATM di kamar, bikin kebun
binatang bahkan landasan pesawat terbang di pekarangan rumah, pokoknya ngadi-ngadi
lah, hehe. Apapun yang terlintas di pikiran mereka bisa terwujud
seketika, tinggal menjentikan jari langsung terlaksana. "Crazy rich"
ini benar-benar mencuri perhatian, sehingga banyak khalayak ramai yang
berlomba-lomba ingin menirukan kehidupan crazy rich yang akhirnya
membuat mereka menjadi orang gila beneran 😊. “Crazy
rich” yang super duper kaya ini ga pernah susah, hidupnya happy terus, bahagia
terus, - tulisan ini sengaja saya bold. Lah, memang ada yah
hidup seperti itu? Ngadi-ngadi….
Teman, kita
sering terjebak dalam pesona tontonan negeri dongeng yang menggambarkan
kekayaan dan kemewahan yang tampak begitu menggiurkan. Terkadang, tontonan itu
membuat imajinasi kita berjalan liar dan kita mulai bermimpi menjadi kaya
dengan standart yang tampak sempurna di permukaan. Seolah-olah kekayaan adalah
kunci kebahagiaan yang mutlak. Nah, pertanyaannya adalah, apakah benar
demikian?
Karena
istilah ‘kaya’ adalah relative dan bersifat subyektif, jadi menurut saya,
tidak ada standar atau ukuran pastinya. Konsep kaya bisa berbeda-beda
antara satu individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, mungkin tidaklah
tepat jika kita mencoba membandingkan standar 'kekayaan' seseorang dengan
standar 'kekayaan' dalam kehidupan kita sendiri.
Contoh :
saya pernah mendengar komentar seorang teman yang menceritakan teman lain yang
kaya. Teman saya berkomentar seolah hidupnya tidaklah bahagia dibandingkan
temannya yang kaya itu, “Dia mah beda, enak banget hidupnya. Suaminya
orang kaya, tajir melintir. Tiap hari makan di restoran mewah,
healing, bla-bla-bla...”
--- cut di
sini --
Lalu saya
berpikir, benarkah teman kaya yang diceritakan teman saya itu hidupnya selalu
bahagia? Secara logika diajak makan di restoran mewah oleh suaminya, healing,
jalan-jalan... tentunya menyenangkan. Tetapi kalau setiap hari dihidangkan
makanan-makanan standar international, dengan citarasa yang wah kelas atas dan
itu disajikan setiap hari berulang-ulang, jalan-jalan tinggal duduk manis tanpa
usaha yang berarti, bukankah lama-lama akan bosan juga ya? Bagaimana jika suatu
hari dia menginginkan makan mie ayam di gerobak pinggir jalan, misalnya. Atau
sekedar berdiam diri di rumah ga usah kemana-mana. Sedangkan suaminya
bersikukuh mengajaknya ke restoran mewah, jalan-jalaaan... terus? Atau, si
istri menginginkan memakai daster yang nyaman di rumah sedangkan suaminya yang
berkelas itu menuntut istrinya selalau tampil all out baik di rumah
maupun di luar rumah. Apakah dia masih bahagia? Ga juga.
Menurut
saya, kebahagiaan sebenarnya tidak memiliki aturan yang jelas. Jadi kita
memiliki kemampuan untuk menciptakan bahagia dengan standar yang sesuai dengan
nilai-nilai kehidupan kita. Tidak perlu kita terjebak dalam ekspektasi orang
lain atau mengejar tren yang mungkin tidak selaras dengan apa yang sebenarnya
kita inginkan.
Contoh : di
reels IG kita sering melihat teman-teman kita sedang dinner bersama
keluarga di restoran mewah dan mereka tampak sangat bahagia. Terkadang, kita
mungkin merasa iri atau menginginkan hal serupa, sementara kita tidak memiliki
cukup uang untuk pergi ke restoran mewah. Padahal sebenarnya, kebahagiaan tidak
selalu terkait dengan tempat atau kemewahan. Makan di restoran mewah itu
menyenangkan, itu benar. Tetapi jika tidak bisa ya ga apa-apa. Kita dapat
menciptakan momen kebahagiaan dengan sederhana, seperti dengan menggelar tikar
di teras rumah, misalnya. Menyiapkan menu makan malam, dan bersantap bersama
keluarga dalam suasana yang hangat dan menyenangkan. Kalau mau pasang lilin,
boleh deh tuh beli lilin sebiji (saya kira jika lilin sebiji masih kebeli lah
ya, hehe). Bahkan hal-hal sederhana seperti itu sudah bisa membuat kita
merasa sangat bahagia, ko.
Penting
untuk diingat bahwa kekayaan dan kebahagiaan adalah dua hal yang berbeda. Jadi
ga harus begini ataupun begitu. Mengapa kita harus menunggu tombol kebahagiaan
ditekan oleh orang lain atau dikendalikan oleh situasi tertentu? Knop atau
tombol bahagia itu ada di dalam diri kita sendiri. Coba, aturlah tombol itu,
bikin dirimu bahagia dengan keadaanmu yang sekarang, bisa ko! Stop
membanding-bandingkan hidupmu dengan hidup orang lain. Kaya itu baik, tapi
jangan menunggu kaya untuk berbahagia. Dan jika kamu sudah kaya dan bahagia,
itu lebih baik lagi. Berarti kamu bisa membantu orang lain untuk berbahagia.
Teman, kita
memiliki kekuatan untuk mengubah paradigma kebahagiaan dan kekayaan. Semoga
sampai di sini kita paham bahwa kaya dan bahagia itu menjadi dua urusan yang
berbeda. Mari bersama-sama kita membentuk standar kebahagiaan kita sendiri,
tidak terpengaruh oleh tontonan yang sering kali tidak realistis. Jadilah dirimu sendiri secara utuh, dan bersama-sama kita akan menciptakan dunia yang lebih bahagia.
Salam.