Tayangan :


Senangnya punya banyak uang. Tentu... semua orang juga mau. Kerja nyantai, gaji besar, masa depan terjamin, bisa liburan kemana dan kapan pun kita mau. Nggak perlu pusing memikirkan anggaran, biaya hidup dan tetek-bengek yang memusingkan. Enak ya? Muda foya2x, tua kaya, mati masuk surga. Hiihihi, saya juga mau atuh....
Teman, sayangnya saya bukan orang kaya. Saya terlahir dari keluarga pas2xan. Untuk membeli baju baru saja saya harus bersabar menunggu lebaran tiba. Sewaktu sekolah uang SPP saya pun sering nunggak. Bahkan kaos kaki saya yang sudah longgar atasnya sering saya akali dengan mengikatkan karet gelang supaya erat dan nggak melorot ke mata kaki. Saya hobi baca, tapi saya nggak pernah membeli buku baru. Buku atau majalah yang ingin saya baca harus saya pinjam dari Dian (teman saya) atau perpustakaan, atau saya beli secara loakan. Lumayan irit, seingat saya harganya cuman seribu rupiah untuk tiga majalah. Memang harus seperti itu. Hidup dengan segala keterbatasan sungguh tidak nyaman. (pasti banyak yang mengamini kesimpulan saya ini).
Tapi kalau saya pikir lagi, bagaimana ya supaya saya kaya? Hidup seperti orang kaya… kalau saya kerjanya nyantai, yang ada saya malah dipecat. Kalau saya semau gue menghambur2xkan uang - liburan, shoping, suka2x saya, yang ada saya malah bangkrut, terlilit utang dikemudian hari. Mengharap warisan? Whwhwh, sudah saya bilang saya terlahir dari keluarga pas2xan.
Apa yang harus saya lakukan ? (*bingungmodeon*)
Teman, pendidikan saya juga pas2xan, cuman SMEA. Jadinya saya harus jungkir-balik mengejar ketertinggalan saya itu. Karena rekan2x saya banyak yang S1, mereka pintar2x, pergaulannya luas, pengetahuannya banyak... Tapi saya nggak mau kalah dong.... saya sudah bekerja lebih dari 10 tahun, jadi menurut saya seharusnya saya lebih pintar - soal pengalaman - dari mereka. Supaya seimbang, makanya tetap saja saya harus banyak2x belajar. Kenapa? Menurut saya, semakin saya pintar dan berpengalaman, maka perusahaan akan lebih dalam 'menilai' saya. Saya ingin menjadi aset. Supaya apa? Ya supaya saya digaji dengan gaji besar. Dengan gaji besar, banyak sekali yang ingin saya persiapkan untuk masa depan saya.
Wajar dong kalau saya menginginkan standar hidup yang lebih baik? Bercermin dari masa lalu saya - minimal untuk anak saya, saya nggak mau apa yang saya rasakan dulu dialami anak saya.
Dan disinilah susahnya.
Saya tau rejeki sudah ada yang mengatur, saya cukup berusaha dan pantang menyerah.... Berhubung gaji saya dan suami 'belum begitu besar', saya sebagai 'kasir' rumah-tangga harus pintar2x mengatur keuangan keluarga saya. Manajemen-nya sedikit rumit karena saya terbentur dengan income yang nge-pres.
Saya tanya beberapa teman saya, saya tanya juga mbah google, wuihhh... senang rasanya berteman dengan orang2x pintar. Banyak sekali yang saya dapatkan tentang tips2x mengatur keuangan keluarga (kadang tips ini juga bisa diterapkan di perusahaan tempat saya bekerja lho), dan saya ingin membaginya dengan teman2x (aihh, saya kurang baik apa coba?)
Dan kira2x begini tips2x yang saya dapatkan :
1.  Jangan besar pasak daripada tiang (so pasti…)
2.  Nabung di awal bulan, jangan di akhir bulan (mengharap uang sisa belanja, nggak bakalan ada….)
3.  Prosentase mengelola gaji sbb :
    ~ Tabungan (10%)
~ Me          ~ Membayar hutang / kredit (maksimal 30%), anggaran 30% ini bisa kita sisihkan untuk investasi jangka panjang jika kita sudah tidak memiliki hutang (misal : untuk Dana Pensiun, untuk Biaya Pendidikan Anak, untuk Berlibur atau membeli Kendaraan, dan lain sebagainya)
                   ~ Refreshing (5%)
                   ~ Biaya Lain2x (5%)
                   ~ Biaya Hidup (50%)
      menurut saya hitungan prosentase ini adalah yang paling cccok buat keuangan keluarga saya.
4.  Biaya Hidup dibagi lagi prosentasenya, misal untuk belanja bulanan sekian persen, untuk biaya sekolah anak sekian persen, untuk listrik sekian persen, untuk transportasi sekian persen, dan seterusnya. Prosentase ini bisa berbeda2x sesuai kebutuhan masing2x keluarga.
5.  Lebih baik lagi kalau kita mempunya Dana Cadangan (senilai 6x pengeluaran rutin bulanan kita). Kita tidak tau apa yang akan terjadi satu hari kemudian. Dana Cadangan ini akan sangat berguna bila kita mendapatkan musibah yang tidak kita inginkan, misal PHK, bencana alam, dan lain sebagainya.
Sebenarnya banyak sekali rencana2x yang ada di kepala saya. Misalkan tujuan jangka pendek : saya ingin sekali mempunyai rumah, bisa pulang kampung rutin satu tahun sekali tanpa mengandalkan THR, bisa berlibur ke luar kota dengan keluarga saya, mengganti motor butut suami saya… atau tujuan jangka panjang : menyiapkan uang kuliah anak saya, menyiapkan dana pensiun (18 tahun lagi, jika Tuhan memberikan saya umur panjang, sekitar umur 50 tahun-an saya ingin pensiun menikmati hari tua saya dengan tenang bersama suami) dan satu lagi, menyiapkan investasi yang bisa saya nikmati hasilnya di hari tua saya, misalkan rumah kontrakan/kos2xan, usaha rumah makan (saya sebagai bos-nya), atau sawah yang luas yang bisa saya pekerjakan pada orang lain.
Terus-terang saya belum sampai ke sana. Pos2x itu masih kosong di rekening saya. Karena gaji saya dan suami ‘belum begitu besar’, yang bisa saya jalankan baru point 1 s/d 4, sejauh ini menurut saya, lumayan-lah….
Saya berharap bisa meningkatkan income kami , sehingga waktu yang 18 tahun-an itu bisa saya manfaatkan baik2x untuk mewujudkan 'harapan2x’ saya. Butuh perjuangan panjang, memang.... Karena menurut saya, sebenarnya gaji yang kita dapatkan sekarang adalah : untuk membayar seluruh biaya hidup kita ‘di masa kini’ dan ‘masa depan’, itu nasehat yang saya dapatkan dari guru saya 'SS'. Semoga bermanfaat....
EstriShinta Selasa, Desember 01, 2009
Read more ...