Tayangan :

Siapapun akan sebal mendengarnya. Sudah girang membuat acara, ehh… keputusan akhirnya, tuan Thakur angkat bicara, “Ngapain sih? Tahun baru paling gitu2x aja, nggak jauh dari kembang api. Lagian bumil, nggak khawatir ma kondisi anak apa? Nanti kalau hujan gimana, kalau kenapa2x di jalan gimana,” blablabla…

Saya pun manyun-semanyunnya. Niat ke Ancol lihat kembang api kandas sudah. Boro2x ke Ancol, ke depan lihat kembang api di Margo saja juga dilarang. Dasar egois. Coba acara ngaji, kemana juga bakal dikejar. Ini, istri punya hajat setaon sekali juga nggak diturutin. Nggak takut anaknya ngeces apa?

Dengan gondok saya ambil selimut dan tutup muka. Aning sama manyunnya dengan saya. Dasar, tuan Thakur si raja tega!  

Saya bisik2x ke Aning, “Sudah, nggak apa2x, tahun baru ini kita di rumah saja. Nanti kalau adek sudah lahir kita jalan2x sendiri, sepuasnya!” 
EstriShinta Selasa, Desember 31, 2013
Read more ...

Jalan-jalan sewaktu hamil tuh sesuatu banget. Perjuangannya bo… Selain gampang capek karena bawa badan segede gentong, pinggang juga gampang pegel. Aning sering protes. Iya sih, semenjak nyadar bahwa di perut ada debay, bawaannya pengen tiduran terus. Aningnya jadi bête karena nggak pernah kemana-mana.

Nah, kesempatan hari Minggu ini ada acara MR di Monas. Sekalian jalan lah. Dibawa enjoy saja. Sekalian nyenengin suami dan anak. 



usai acara MR

Meski judulnya Monas lagi - Monas lagi, gapapa lah, Aning juga sudah senang.


EstriShinta Minggu, November 24, 2013
Read more ...

Sempat terlintas di benak saya, mungkin Aning ditakdirkan menjadi anak tunggal supaya perhatian kami tak terbagi. Enak lho, mempunyai anak yang beranjak remaja, seru dan asyik dibawa jalan. Untuk urusan pekerjaan pun bisa bantu macam-macam, dari bawa barang belanjaan sampai nyapu-ngepel dan nyuci piring.

Biasanya sih sambil jalan dia suka cerita2x tentang teman2x sekolahnya, tentang guru2xnya yang banyak memotivasi dia.  Sip dah. Aning menjadi the best partner saya selain Ayah yang tugasnya nyuci baju. Saya sendiri, serentetan tugas di rumah selain kerja kantoran adalah memasak, berbenah kamar dan setrika baju. Nasib ibu bekerja tanpa pembantu, ya begini ini. Segala sesuatu harus dikerjakan bersama-sama. Bisa gempor saya kalau dikerjakan seorang diri. 

Sampai akhirnya tamu yang mereka harap2xkan datang juga. Saya telat mens dan dinyatakan hamil. Serius! Antara percaya dan tak percaya. Setelah hampir 2 tahun lepas KB, akhirnya saya hamil juga. Alhamdulillah… berarti saya masih dipercaya untuk mengasuh satu anak lagi.

Kurang yakin dengan hasil testpack, saya langsung USG ke bidan Jeany – daerah Kelapa Dua. Dan hasilnya memang positive. 



print out USG debay 10W


Saya nervous? Jelas…. Setelah bertahun-tahun tak merasakan punya bayi, saya musti bersiap2x dengan pola baru sekarang. Mungkin rutinitas di keluarga kami akan banyak berubah.

Seorang bayi mungil, dengan senyum menggemaskan melambai di pelupuk mata saya. Aihh, lucunya. Rumah akan ramai lagi dengan celoteh bayi, seiring dengan kesibukan yang pastinya makin menguras tenaga. Gapapa.

Melihat senyum Ayah dan Aning yang mengembang. Aning malah, repot mengingatkan ini-itu. Saya dipijitin, diingatkan minum susu, diingatkan makan supaya adek bayinya sehat katanya. Saya yakin, apapun yang terjadi nanti saya rasa saya tidak akan sendirian.

EstriShinta Kamis, September 19, 2013
Read more ...




Apa khabar dumaay?

Rasanya sudah long-long time ago ga nyentuh tuts keyboard buat nulis. Alhamdulillah, ternyata saya kuat juga ya ga curcol di dumay, xexe… padahal sih pengen banget cerita panjang-panjang, gitu. Banyak, segubrak yang ingin saya ceritakan. Waktunya aja yang ga ada – jiah, sok sibuk!

Tau kan, Aning dan suami tuh dari bertahun-tahun silam ngebet pengen punya adik bayi. Dan berkali2x dengan tegas saya menolak. Banyak faktornya. Yang saya bilang, ‘sekarang susah nyari mba2x pengasuh, biaya perawatan bayi mahal, biaya pendidikan mahal, rumah masih ngontrak, bla-bla-bla… yang intinya ga gampang ngurus bayi dalam situasi sekarang.

Karena saya orang keuangan, wajar dong jika saya memandang segala sesuatunya dari tolok ukur finansial. Daripada punya banyak anak tapi terlantar, mending satu anak tapi tercover dengan baik – itu prinsip saya. Lihat saja di tv, ada seorang ibu yang rela menjual bahkan membuang anaknya karena ketidaksiapan secara financial, bukankah si ibu tadi – maaf, lebih tidak bernurani daripada saya? Dimana letak tanggung-jawabnya sebagai orang tua? Ya kan, ya kan? Jadi, saat itu saya memutuskan untuk menunda punya momongan lagi.

Tapi suatu hari, saya dihadapkan pada dialog kecil yang mau tak mau membuat saya jadi berpikir,

Aning          :    (pulang sekolah cemberut sambil mengajukan selembar formulir) Ini, dari Bu Guru suruh ngisi.
Saya           :    Apaan?
Aning          :    Biodata siswa.
Saya           :    Ya udah, diisi.
Aning          :    (cemberut, lalu mendekati saya dan mengeluarkan jurusnya – merengek) Ibu…. (ga langsung ngomong, melainkan cemberut)
Saya           :    Dihh, apaan sih?
Aning          :    (manyun) Masak teman-teman ngisi biodatanya nama kakak-adik keisi semua, aku nggak?
Saya           :    Maksudnya?
Aning          :    Aurel, nama adik satu-dua-tiga keisi semua. Angel-Latifa, nama adik juga ada. Zizah malah, nama kakak ada tiga. Aku doang yang isinya satu. Masak aku nggak punya sodara?
Saya           :    (garuk2x pala) Kan banyak sodara di kampung? (nahan geli)
Aning          :    Sodara sekandung Ibuuu. Yang dari perut Ibuuu. Buatin aku adek ya Bu, please… Satuuu aja.

Tuh kan, jurus cuplisnya keluar kalo minta sesuatu. Memangnya bikin kue, pakai adonan tepung –  aduk2x - panggang, jadi deh kuenya.

Malamnya, saya ceritakan percakapan kami ke suami, begini tanggapannya.

Suami         :    Kamu, memang nggak kasihan apa? Anak semata-wayang nggak punya sodara. Nanti kalo kita tua, dia besar mau curhat ke siapa?  (Nah lho, sebenarnya saya kan bisa jawab, bisa curhat ke kita orang tuanya kan? Tapi saat itu saya diam seribu bahasa. Mungkin maksudnya kalau orang tuanya meninggal kali J) Kalau dia punya sodara, dia akan belajar berbagi, mereka akan belajar saling melindungi. Kamu takut rejekinya nggak cukup? (ya iyalah – kata saya dalam hati. Sekarang saja masih sungsang-sumbal begitu?) Padahal setiap anak membawa rejekinya sendiri2x. (kalau orang tuanya nggak usaha dapat rejeki dari mana – kata saya dalam hati lagi) Rejeki, jodoh, maut sudah ada yang menentukan.

Jiaah, dia mulai lagi…. Kalau suami sudah menyinggung soal surga dan neraka, saya lebih memilih diam daripada panjang urusannya (selalu dia yang surga dan saya neraka). Sampai kiamat pun soal agama dan keuangan gak bakalan nyambung.

Tapi ajaibnya, saya yang biasanya mampir ke apotek tiap bulannya buat beli pil KB kali ini saya lewati.  Percakapan saya dengan Aning – dengan suami juga sih membuat saya berpikiran lain. Saya pasrahkan kepada yang Maha Tau. Kalau memang saya ditakdirkan punya anak lagi, alhamdulillah… berarti saya masih dipercaya untuk mengasuh dua anak. Tapi kalau saya tak kunjung hamil juga – mengingat usia saya sudah tak muda lagi, alhamdulillah juga… berarti saya diberi kesempatan untuk menikmati waktu luang saya dengan satu anak yang sudah menginjak remaja.

Saya nikmati hidup saya dan sejak saat itu goodbye pil KB.
EstriShinta Minggu, Agustus 25, 2013
Read more ...


Setelah berkali-kali dipaksa dan disindir2x, akhirnya saya make-over penampilan. Belomm, bukan bermake-up ria layaknya mama-mama salon yang berwajah cantik nan mulus. Ini hanyalah masalah kerudung.  Iya, kerudung.

Aning tuh bawel banget masalah penampilan. Saya disuruh dandanlah, disuruh model2x kerudungnya.  Secara, dia melihat teman2x kantor saya yang jago dandan, dia gatel pengen ibunya berpenampilan seperti  teman-teman saya itu. Padahal saya orang yang praktis (ngeles karena ga bisa dandan, xexe…) Kerudung yang saya pakai ya begitu-begitu saja modelnya, nggak jauh dari kerudung paris segi empat. Yowes, saya coba pakai pasmina, biar seperti tante Rina kata Aning. 

Dan inilah hasilnya.


miawww


Lumayan lah.

Kata Rina – teman sekantor saya, ‘Gampang kok mba. Tinggal tarik sana-sini, selesai.’ Ternyata pemirsa, gampang apaan? (*hiks - mewek) Jujur saya nyoba ribetnya minta ampun. Jarum pentul musti tancap sana-sini. Beuhh, pokoknya ribet dah. Dan ngga lagi2x. Kerudung pashmina ini bertahan dengan rekor sekali pakai. 

Akhirnya, kembalilah saya ke kerudung segi empat yang saya cintai. 
Luv yu Segi Empat.

EstriShinta Minggu, Agustus 25, 2013
Read more ...

Kadang sifatnya ini membuat saya gemas juga. Agak-agak ke arah geregetan. Tapi jika diingat-ingat lagi, terutama saat malam hari - melihat dia tidur dengan nyenyak dan teringat tingkahnya yang lebay, saya justru geli dibuatnya.

Begini, 

Lebay pertama :

Setiap kali menonton film drama, akhir-akhir ini kami suka menonton film Korea di akhir pekan di Net (referensi: filmnya bagus-bagus). Awalnya dia yang paling bersemangat mengajak menonton, tapi begitu adegan sedih muncul, dia langsung mengajak tidur, ga mau melanjutkan nonton, padahal filmnya tuh lagi seru-serunya - saya penasaran dong dengan akhir ceritanya, tapi dia ga mau melanjutkan nonton. Kan jadi senewen ya? Langsung minta dimatikan dan minta tidur gituh.

Ketika ditanya, "Kenapa sih? Ngantuk?"

Dia menggeleng, "Bukan, filmnya sedih. Aku takut."

Nah lho, apa hubungannya sedih dengan takut, mendadak minta tidur, ga mau menemani menonton sampai tamat (padahal, awalnya dia yang minta ditemani nonton). Trus, kalau disuruh tidur sendiri jawabnya ga mau. "Maunya ditemenin Ibu." Gimana tuh? Nontonnya jadi nanggung karena saya penasaran endingnya. Lagipula, dia sudah berusia 11 tahun, 6 taon lagi sudah 17 taon, sudah gadis. Masak iya tidurnya masih minta ditemenin? Biasanya sih, saya tetep keukeuh nonton, dan dia dengan ngantuk-ngantukan ikutan nyimak juga sih.

Lebay yang kedua : tiap pilek, eksyennya, “Aduh-duh-duh Bu, aku pusing nih, mau pingsan, mau pingsan…” Habis itu nyari tempat empuk buat jatuhan. Suka saya sahutin, “Eeh, kalo pingsan mah nggak perlu nyari kasur kaleee…” Dan dia ketawa cekikikan.

Nah, ini lebay yang ketiga :

Sekarang, lebaynya adalah narsis yang makin menjadi. Phuihh, kalo foto posenya dah niru-niru model kalender. Nah, seperti ini contohnya…






Ada lagi, setiap kali diminta untuk menyapu atau membersihkan rumah, alasannya adaa aja, "Aduh Bu, tanganku pegel-pegel, kakiku juga sakit. Tadi kan aku olahraga keliling lapangan?" atau, "Aduh-duh Bu, lemes aku, perutku sakit." Mendadak gituh, bisa tetiba komplikasi sakit macam-macam. Tak kurang akal, biasanya saya pancing dengan ajakan, "Yuuk, jalan-jalan ke mal yuuk." Dia tahu saya hanya speak doang, lalu dia senyum-senyum gitu deh, nyadar aktingnya ketebak. Meskipun akhirnya dia tetap menyapu atau bersih-bersih rumah juga, seperti itulah lagunya.

Meski menyebalkan, ternyata hal itu bikin kangen juga loh. Apalagi kalau lagi tidur gini, tuh lihat… terlihat manis banget dia. Suka saya pandangi berlama-lama, saya ciumin. Ayahnya suka protes, "Jangan terlalu memanjakan anak, nggak baik," begitu katanya. Yee, mumpung masih pantas dimanjain, kenapa enggak? Karena saya tau, suatu saat - ketika dia telah tumbuh menjadi gadis atau wanita dewasa yang mandiri, saya akan kehilangan moment-moment seperti ini. Jadi meskipun lebay, meski kolokan, meski manja nggak ketulungan, biar sajalah, kelak kan menjadi cerita indah buat saya. (12/08/2013)


EstriShinta Senin, Agustus 12, 2013
Read more ...