Tayangan :

 


Hai emak-emak kece, apa kabar?

Sebelumnya, saya minta maaf jika tulisan saya kali ini membuat kalian kurang berkenan. Saya cuma mau berbagi pemikiran dan pandangan saya tentang sesuatu yang meresahkan saya. Jika apa yang saya tulis belum pernah kalian lihat atau alami, maka bersyukurlah. Kalian berada dalam lingkungan yang baik-baik saja. Dan, jangan baper ya kalau beda pendapat. Saya hanya ingin membuka pandangan kita, bahwa ini loh ada yang seperti ini, kejadian riil di sekitar kita.

Jadi awalnya saya merasa gregetan melihat sebuah fenomena yang sebenarnya sudah terjadi lama di masyarakat, hanya belum banyak yang membahasnya. Entah dianggap sebagai aib, hal yang memalukan atau dianggap sebagai masalah yang bukan masalah sehingga tidak perlu dicarikan solusinya. Padahal jika dibiarkan potensi bikin stress emak-emak, serius! Secara umum, fenomena ini bisa menjadi penyakit kronis di masyarakat, karena bukan hanya satu, dua... tapi ternyata sudah tumbuh subur serupa jamur di masyarakat..

Fenomena yang saya maksud adalah banyaknya orang muslim di Indonesia terutama kaum bapak pengangguran yang meng-cover aktivitasnya dengan bungkus ibadah. Mereka mencari pembenaran untuk lepas tanggungjawab sebagai pencari nafkah dengan ikhtiar menggelar sajadah. Duduk di atas sajadah, diam di tempat, tak bergerak, pasif dan berdoa. Ga mungkin dong kita menghujat orang beribadah? Bisa-bisa kita disebut tak beradab, tak beragama, kafir! Tapi yang ingin saya sampaikan di sini adalah, ibadah yang bagaimana dulu? Yuk, mari kita diskusikan lebih lanjut.

Dalam Islam, suami memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Iya dong, kan kepala keluarga? Mengambil posisi sebagai tulang punggung, bukan tulang lunak. Jika suami sepanjang hari hanya beribadah dan tidak mau mencari nafkah, maka dia telah lalai dari tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Hal ini bisa menyebabkan keluarga mengalami kesulitan ekonomi dan menjadi beban bagi istri dan anak-anak. Dan hal tersebut masuk ke dalam kategori DOSA!

Apalagi di era digital ini, banyak sekali kemudahan yang bisa didapatkan, terutama dalam hal akses informasi dan komunikasi. Naa fenomenanya, bapak-bapak ini, yang pengangguran ini bukannya sibuk keluar mencari kerja tapi malah terlena dengan aplikasi youtube dengan konten ceramah keagamaan. Memang bukan game sih, bukan nonton dangdut sih, yang ditonton adalah konten ceramah agama. Tapi durasinya berjam-jam sehingga melalaikan kewajiban utama sebagai kepala rumah tangga. Ibadah sih ibadah, tapi gimana coba kalau sehari-hari seperti itu dan ga kerja.

Saya tau, ga ada salahnya menonton ceramah agama di Youtube atau mendatangi langsung majelis-majelis taklim yang menjadi jembatan mencari ilmu, berpahala malah. Tapi akan menjadi masalah kalau aktivitas tersebut dilakukan sepanjang hari sehingga melalaikan tugas utamanya sebagai kepala keluarga. Pagi-siang-sore scroll hp dari ceramah satu ke ceramah lain, malamnya pergi ke majelis taklim, pulang tengah malam dan besoknya berulang lagi aktivitas yang sama. Apakah tak pernah berpikir, bagaimana nasib anak istri jika dia tidak bekerja? Dan parahnya masih enjoy, selow, santai. Ini beneran ada loh, dan banyak terjadi di sekitar kita.

Sayangnya para istri akan bungkam karena tak baik mengumbar aib keluarga, seperti itulah yang diajarkan oleh orang tua dan guru ngaji. Atau mungkin mereka sudah capek dan tak mau ribut. Istri harus banyak bersabar, bertahan supaya keluarganya terlihat ‘baik-baik saja’ untuk akhirnya bertukar peran. Yang pada akhirnya, terpaksa para istri mengambil alih tanggung jawab mencari nafkah dari suami yang terlena dengan aktivitas pasif. Anehnya, meskipun istri harus berjuang keras jungkir-balik untuk memenuhi kebutuhan keluarga, suami tetap merasa bahwa tidak ada yang salah dengan perilakunya. Mereka berpikir bahwa dengan istri bekerja dan suami di rumah, toh kebutuhan keluarga masih bisa terpenuhi? Ga ada yang kurang, helooow…

Masih pantaskah para suami seperti ini mendapatkan hormat dari para istri meski tak bisa menjaga marwahnya sendiri? Fitrah seorang laki-laki adalah menjadi pemimpin dan tulang punggung keluarga, serta memiliki tanggung jawab mencari nafkah bagi keluarganya. Sampai di sini jelas ada yang salah, dan harus diluruskan! Tanggungjawab suami sebagai pencari nafkah dan tulang punggung keluarga sudah diatur di dalam agama, dan hukumnya wajib! Berpahala jika dilaksanakan dan berdosa jika tidak dilakukan. Aturannya seperti itu.

Saya sendiri merasa aneh jika seorang suami bilang dia pengangguran dan gak punya kerjaan. "Habis gimana, memang ga ada kerjaan.". Logikanya, gimana bisa dapat kerjaan kalo setiap hari cuma duduk manis di rumah nonton ceramah agama di Youtube? Atau kalo dapat kesempatan kerja, dikerjakan dengan ogah-ogahan dan banyak ngeluh. Siapapun akan enggan mempekerjakan orang seperti itu.

Padahal solusinya sederhana, yaitu jangan berhenti bergerak. Terus aja bergerak, terus cari kerjaan, terus berusaha. Saya yakin pasti ada jalan yang dikasih Allah. Niatkan sebagai ibadah, ibadah dengan cara bergerak, bukan dengan cara berdiam diri. Yakin, Allah pasti ridho ko.

Sebagai muslim, ada banyak tanggungjawab yang harus kita tunaikan. Kita tuh, apa ya, seperti dibikin terlena gitu loh. Kaum muslim wajib meyakini bahwa rejeki, jodoh, mati sudah ditentukan Allah. Lah iya, semua orang juga akan mati. Tapi mati yang bagaimana dulu. Sudah dikasih badan sehat, akal pikiran dan teknologi, masa gerak aja ga mau sampai-sampai mati kelaparan, sementara Allah maha kaya. Kan keterlaluan, ente.

Fitrah seorang suami adalah menjadi tulang punggung keluarga, praktekan saja itu dulu. Kalau kewajiban utama tidak dipraktekan, ga usah nambah ilmu lagi deh, hehe…  Daripada ilmunya menuh-menuhin kepala doang. Ngaji sana-sini, banyak sekali ilmu dan pembahasan tapi ga ada satupun yang dipraktekan. Sebagai kepala keluarga, tanggung jawab untuk mencari nafkah adalah kewajiban yang tidak bisa dihindari. Sholat sebagai ibadah kepada Allah SWT, sedangkan mencari nafkah sebagai tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan keluarga, itu! Hal ini sudah diatur secara jelas dan gamblang di dalam Islam.

Miris kan ya, jika kaum muslim dipandang sebelah mata sebagai kaum yang miskin, malas, terbelakang. Trus kalau ditanya mereka jawab, "Menjadi orang kaya itu berat, karena lama hisabnya. Mereka akan ditanya tentang hartanya, darimana perolehannya serta bagaimana harta itu digunakan." Halaah, yakin masuk surga? Orang miskin yang gimana dulu, ente. Orang miskin yang beriman, sabar dan mematuhi perintah Allah  iya. Menerlantarkan anak istri jelas-jelas melanggar perintah Allah.

Bekerja adalah ibadah. Dengan bekerja, kita bisa memperoleh rizki yang halal untuk keluarga. Selain itu, bekerja juga bisa membuat kita menjadi pribadi yang mandiri dan berkontribusi bagi masyarakat. Dalam bekerja, kita bisa menunjukkan bahwa sebagai muslim, kita tidak hanya berbicara tentang agama tetapi juga mempraktekkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.

Fenomena muslim generasi Youtube nyata terjadi di sekitar kita. Kita perlu bertindak bijak, apakah kita akan tutup mata terhadap hal ini dengan pemakluman atau perlu meluruskannya. Setiap orang atau keluarga pasti punya masalah/tantangannya sendiri. Jadi, mari kita berhenti dan merenung sejenak. Ini bukan lelucon atau tren sementara. Fenomena ini akan berdampak besar bagi anak-anak dan umat muslim di masa depan. Perlunya memutus mata rantai kebiasaan yang salah supaya tidak menjadi kiblat habit anak cucu kita. Gak mau kan, generasi penerus kita menjadi generasi pemalas yang bisanya scroll hp doang, lah bapaknya kasih contoh begitu ye kan, hehe...

Mari kembali ke fitrahnya masing-masing, mumpung masih suasana lebaran. Suami kembali ke fitrahnya sebagai pemimpin keluarga, istri kembali ke fitrahnya sebagai pengatur urusan keluarga. Suami berkewajiban bekerja dan istri berkewajiban mengatur hasil kerja suami dengan baik

Islam bukan hanya tentang akhirat, namun juga memberikan arahan dan panduan untuk hidup di dunia dengan penuh keberkahan dan kebahagiaan sehingga selamat dunia dan akhirat. Mari menjadi muslim yang aktif dan produktif dengan terus bergerak melakukan perbaikan, dimulai dari keluarga sebagai lingkungan terdekat. Keluarga sejahtera, umat kuat : begitu cara dakwah dan membangun pondasi keberhasilan umat Islam.

 

#tak berlaku untuk suami pensiunan atau punya kontrakan 20 pintu

 

EstriShinta Sabtu, April 29, 2023
Read more ...