Tayangan :






Duuuhhh, centil-centilnya anak sekarang, beda banget ma jaman saya dulu. Nyadar mau difoto langsung deh begaya!
EstriShinta Minggu, Desember 27, 2009
Read more ...
Bbyl - beberapa bulan yang lalu...

Mumpung Pak Poh & Tante Febi lagi maen ke Depok, diajaklah jalan2x di Minggu pagi. Gak usah jauh-jauh lah. Di Depok banyak kok tempat2x bagus. Hayo coba tebak dimana ini?

Tante Febi, Pakpoh, Aning

dah mirip model blom?

Yupp, Texas Bridge atau yang biasa disebut Jembatan Teksas ini memang terletak di antara Fakultas Teknik dan Fakultas Sastra UI, makanya dinamakan Jembatan Teksas – Teknik Sastra. Haha, jangan berandai-andai Texas yang di amrik sono ya, kejauhannnn…

Jembatan sepanjang 80 meter dan lebar 5 meter ini diresmikan pada tanggal 23 Agustus 2007 dan menghabiskan dana sekitar 4 miliar rupiah (hibah dari PT. Krakatau Steel). 


Selain tampilannya yang ngejreng (warna merah – khas Krakatau Steel dan warna kuning – khas UI), banyak lagi yang ‘wah’ dari jembatan ini. Konon, lampu-lampunya didesain khusus. Enam buah lampu berdaya 200 watt dan empat lampu berdaya 1.000 watt terpasang disisi-sisi kedua ujung jembatan.Di tambah lagi 10 buah lampu taman yang terpasang seimbang di sepanjang taman kedua sisi Danau  - Danau Mahoni. Lampu-lampu taman itu akan menerangi shelter mini yang disediakan di sepanjang taman di malam hari.

Dan ini nih yang keren…

Katanya sih, jempatan ini dihiasi dengan 28 buah lampu yang terpasang berjejer di atas dan bawah. Lampu-lampu itu didesain menyala otomatis di malam hari jika ada yang melintas di jembatan. Wahhh…

Jika ada kesempatan saya pengen ke sini di malam hari. Pengen ngetes, bener nggak sih lampunya otomatis, bisa nyala ndiri saat saya melintas di atasnya. Wow! Kalo bener, akan saya coba naik turun – naik turun jembatan, biar lampunya nyala mati – nyala mati.
Dan lihatlah taman-taman yang cantik ini, taman ilmu.
EstriShinta Rabu, Desember 16, 2009
Read more ...
Ini adalah kisah yang terjadi di kantor saya. Tokoh2xnya pun terdiri dari orang-orang yang gokil abis. Bukan cerita 1001 Malam, bukan…. Melainkan, tokoh2x yang akan saya ceritakan di sini adalah tokoh2x dengan karakter aneh, nyeleneh, dari latar belakang, kultur dan pendidikan yang berbeda2x pula… yang tidak akan kalian jumpai di belahan dunia manapun melainkan di kantor saya- bahkan dari cerita Waltdisney sekalipun. Kalian tidak akan menjumpai karakter seperti ini karena mereka adalah… teman2x kerja saya.
Sebut saja inisialnya ‘ND’. Dia satu-satunya ‘perawan’ yang tersisa di divisi saya (divisi keuangan). Konon dia masih keturunan ningrat karena dari namanya saja masih tersemat kata ‘raden’. ‘RND’ – Raden ‘ND’, begitu biasanya dia menuliskan namanya, sehingga kami sering memanggilnya dengan ‘Rendang’
(karena seringnya dia makan rendang).
Sifatnya jujur, polos, tutur-katanya sopan dan tertata, sehingga kalau berbicara rapi: selalu subyek-predikat-obyek, kalimatnya tidak pernah berantakan. Pembawaannya sangat-sangat-sangaaatt… lemah lembut. Lembutnya melebihi lembutnya putri solo - dengan gerak dan suara yang sangat-sangat-sangaaatt…. supeeerr pelaaannn… (saya tidak hiperbola lho. Bukan satu-dua orang yang berkesimpulan, ‘kok masih ada ya gadis seperti ini di jaman sekarang?’). Mungkin, bagi sebagian orang dia terlihat ‘nganeh-nganehi’ – istilahnya, untuk yang belum mengenalnya. Untuk selanjutnya, ‘ND’ ini akan berperan sebagai Putri Malu.
Lalu ada juga ‘TK’. Nah, ‘TK’ ini nih yang lebih tepat berperan sebagai Bajak Laut. Sebenarnya banyak sih yang berkarakter bajak laut di sini, ada ‘UF’, ‘IN’, ‘YL’, dan bisa jadi saya pun termasuk di dalamnya. 'UF' karakternya keras, siapapun akan susah menolak kemauannya. 'IN' bawel, pinter ngeles, ssstt... jangan tergoda rayuannya. 'YL', wah... ini dia ratunya - kalau 'ND' atau Putri Malu sebagai upik abu, 'YL' inilah yang menjadi ibu tirinya. Sedang saya sendiri... saya cukup menjadi penasehat yang arif dan bijaksana.... (hehehe, berhubung saya yang menulis, saya berhak dong menempatkan diri saya sebagai apa saja? -dilarangprotes.com- Dan kamilah sekumpulan bajak laut! Bukan karena kami kejam, tapi karena kekacauan yang sering kami buat itu lho. Suara kami dari sononya sudah ber-set ‘stereo’, menggelegar – persis bajak laut.
Pagi hari boleh jadi kantor senyap barang sejam-dua jam… untuk selanjutnya - mungkin juga ini pengaruh dari hormon estrogen kami yang meningkat seiring dengan tekanan2x pekerjaan, laporan, dikejar deadline-, untuk dua-tiga jam selanjutnya kantor lebih mirip seperti pasar ayam, petok3x…. Saya yakin tidak ada kantor yang seberisik kantor kami, hehehe… (*banggamodeon*) .
Okey… supaya lebih keren, bayangkanlah kantor kami seperti bursa saham yang sering terlihat di tv2x. Bunyi telepon berdering di sana-sini, orang2x lalu-lalang keluar masuk antar ruangan, protes, bertanya, diskusi, dst… berisik sekali-begitulah kondisi kantor dengan banyaknya bajak laut.
Dan satu lagi keahlian kami, yaitu dalam hal ‘palak-memalak’ alias nodong - jangan ditanya, kami-lah jagonya…. Tapi tunggu dulu Kawan, kami tak sekejam itu-lah…. Kami me’malak’ seikhlasnya kok, seribu, dua ribu, tiga ribu… Kami adalah bajak laut yang baik hati dan tidak sombong. Kami selalu mengutamakan kepentingan bersama. Biasanya, hasil dari ‘palak’an yang terkumpul akan kami belikan gorengan untuk dimakan rame2x, supaya seru dan suasananya nggak garing – gitu…. Memalukan? Iya juga sih, hehehe… (maksudnya, kenapa cuman gorengan??? Kenapa nggak pizza, J-co, atau Hokben - yang lebih berkelas - misalnya, hehehe…) Tapi, nggak apa2x lah, bagi kami yang penting adalah kebersamaan. Bahkan orang yang tadinya kena ‘palak’pun ikut menikmati hasilnya alias ikut makan juga.
Saya rasa cukup adil.
Biasanya,
Saya cukup di belakang meja, tanpa beranjak dari tempat duduk saya, dengan sendirinya ‘Srimulat’ (jaman dulu) atau ‘Opera Van Java’ (sekarang) dimulai…. Serasa mendapat keasyikan tersendiri. Lucu, konyol, menghibur…. tokoh2x antagonis mulai mendzalimi tokoh protagonis….
Diprediksi nggak bakalan kuat, seorang Putri Malu ditempatkan di tengah2x Bajak Laut. Karena rasa sayang kami pada ‘Putri Malu’, kami sepakat akan men-trainingnya dulu. Ini Jakarta, Non… seorang putri malu di tengah ganasnya samudra kehidupan… sudah dipastikan tak akan bertahan lama.
Pertama : Kami sepakat akan mengubah putri malu yang polos, pasrah dan tak berdaya ini menjadi cewek yang tegar dan mandiri. Caranya? Kami suruh-suruh terus dia. Kalau biasanya kami yang ‘nodong’, sekarang gantian dia yang ‘memalak’. Setelah kami paksa2x (kami dorong2x juga), target sasaran kami sudah berdiri di depannya, … Putri Malu cuman menggeleng pelan di balik kerudungnya, lalu bergumam, “Malu, Mbakkk….”
Gedubrakkk! Habis dia kami omelin. ‘Mau jadi apa? Jakarta, gituuu… masih piara malu?’
Kedua : Tragedi selanjutnya adalah menghilangkan kebiasaan2x yang merepotkan. Misal: dia tidak bisa makan tanpa sendok-garpu (wow, table manner-nya jalan banget tuh). Sengaja pas jam makan siang kami berebut sendok-garpu di pantry (kalaupun ada sisanya kami umpetin), dengan maksud supaya Putri Malu nggak kebagian. Kami makan, dia nunggguuu… terus. Dia nggak bisa makan pakai tangan. Dia pilih nggak makan kalau nggak memakai sendok-garpu, ckckck….
Ketiga : Dia itu cewek lemah-lembut, tipe tak berdaya deh. Bahkan ketika kami dengan serunya membahas soal poligami, dengan lemah-lembutnya dia bilang bahwa dia tak menolak poligami. Bahkan dia rela dijadikan istri kedua dari salah seorang pejabat negeri ini yang kebetulan adalah idolanya. What??? Habis dia kami bego2xin. Untuk selanjutnya dia seperti termenung dan mungkin berpikir, ‘Apa salahnya poligami?.

Insiden Bajak Laut menganiaya Putri Malu tidak sampai disitu....

Keempat : Test kegesitan. Lengah sedikit, barang2xnya ludes kami umpetin. Tas, handphone, sandal, kerudung, jam… setelah dia sibuk mencari2x dan putus asa, kami tinggal menawarkan jasa, ‘Kalau ketemu mau dikasih apa?’.
Kelima : Putri Malu tidak pernah pergi ke bioskop. Bukan karena dia nggak punya duit untuk bersenang2x…. Tapi karena gaya hidupnya nggak neko2x alias monoton (saya sempat berpikir kok dia betah ya hidup seperti itu?). Dia nggak pernah naik bus umum, nggak pernah naik KRL, nggak pernah naik komidi putar, nggak pernah nonton sirkus, bahkan nggak pernah makan buah srikaya (hayooo, yang nggak pernah makan buah srikaya berarti sama katroknya dengan Putri Malu). Akhirnya kami ajak dia nonton bioskop rame2x, … Twilight. Sudah bisa ditebak, tiap nyerempet2x adegan romantis dia akan memejamkan matanya dan istighfar… Saya geli, merasa sedang ‘momong’ anak saya – Aning. Saya yakin dia tidak pernah makan gulali....
Kami para Bajak Laut suka gemas dibuatnya. Hidupnya itu lho, lurus... polos... nggak pernah belok2x... yakin deh, bakalan ngantuk ngelihatnya. Tidak seperti kami dong, para bajak laut... hidup semarak dan penuh warna, bahagia....
Sebagai wujud keprihatinan kami, kami sepakat akan memberinya pengalaman. Kami adalah bajak laut yang baik dan tidak sombong. Kami ajak dia berdesak-desakan naik KRL ekonomi, kami ajak dia ke terminal, ke pasar. Bahkan pada suatu kesempatan, sewaktu ke Taman Safari – acara kantor, saya ajak dia naik onta… Ya, onta beneran! Selesai naik onta saya tawarkan dia, ‘Mau nggak naik beruang?’. Dia jawab dengan lugunya, ‘Maauuu….’
Putri Malu… belum pernah saya mendapati gadis sepemalu dia. Saya pernah test. Saya cukup duduk di depannya, tidak perlu melakukan apa-apa. Cukup memperhatikan setiap geraknya, barang satu-dua menit dia akan bingung dengan sendirinya dan menutup mukanya serasa memohon, ‘Mbak, jangan dilihatin, maluuu….’ Ya ampyunnn…. Seorang ibu2x, gitu… bukan cowok ganteng sekelas Nikolas Saputra…. Saya tidak bisa bayangkan bagaimana dia berpacaran dengan seorang cowok?
Konon, dia sekarang sedang taaruf dengan seorang pemuda pilihan mamanya. Dijodohkan. Mungkin memang sudah garis hidupnya, terlindungi, serba nyaman dan terjamin. Belum tentu dia bisa mendapatkan pemuda sebaik pilihan mamanya itu (bibit-bebet-bobot dan kualitas agamanya). Rencananya tahun depan dia akan menikah dan dia akan diboyong suaminya keluar kota.
Ahh, susah juga ya kalau dia berhenti kerja. Kami para bajak laut akan kebingungan, soalnya tidak ada mainan, tidak ada yang bisa kami ‘aniaya’ lagi…. Mudah2xan pengalaman2x yang dia dapatkan di sini memberinya warna....
Akan saya usulkan ke SDM, mudahan2x pengganti 'Putri Malu' nanti adalah seorang yang nyeleneh seperti ‘RND’ ini - yang lain daripada yang lain -, minimal bule gitu, hehehe... Lucu kali ya kalau di kantor saya ada seorang bule yang bisa kami kerjain habis2xan… Ya iyalah, karena kami adalah para Bajak Laut yang sedang mencari mangsa....
(Sampai di sini dulu ya, Kawan. Lain kali akan saya ceritakan keunikan2x teman2x saya yang lain.)
EstriShinta Sabtu, Desember 05, 2009
Read more ...


Yang punya blog ini, saya wanita biasa yang cinta damai, adalah ibu rumah tangga sekaligus pengelola usaha keluarga dan menjadi staf akunting di sebuah perusahaan swasta. Meski profesi saya anti fantasi, saya orang yang humoris lho – lihat saja moto blog saya ‘Lebih indah dengan Senyuman’ maksudnya, segala sesuatunya akan lebih indah atau lebih bagus hasilnya jika kita kerjakan dengan senang hati alias ikhlas.  Setuju? 
Sekilas tentang saya,

Nama                      :   Selfi Tri Shinta  (nama ini asli yang tertulis di KTP, Kartu Keluarga, Akta Lahir, Nama Pegawai, ATM) Anehnya, ada saja yang memanggil saya dengan mba Silfi, mba Silpi, mba Selpi, mba Slipi... hayaaa!
Tempat / Tanggal Lahir  :   Kediri / 18 Januari 1977 (hayoo, mo ngitung umur ya? Masih muda kok :))
Jenis Kelamin                   :   sudah pasti Perempuan
Status Perkawinan  :   Menikah (dikaruniai seorang putri yang aktif tapi tak pernah mengisi blog-nya dan seorang balita cowok yang hobi ngeces kerjanya)
Kebangsaan                       :   INDONESIA
Agama                               :   Islam
Suku                                   :   Jawa
Alamat                  :   aslinya di Jl. Ade Irma Suryani, Balowerti - Kediri. Berhubung suami kerja di Jakarta, mukim sementara di area Jl. Margonda Raya – Depok (mondar-mandir Kediri - Depok jadinya)
Pekerjaan            :   Staf Akunting, Pengelola usaha keluarga dan Penulis Kambuhan. Profesi Akunting sudah saya jalani lebih dari 15 tahun, so… berkutat ma angka2x sudah menjadi makanan sehari2x,  dah jadi sodaraan ma kalkulator malah. Sedangkan usaha keluarga yang saya kelola adalah  berlabel Sambel Pecel cap "Daun Jeruk". Di waktu luang, saya menyempatkan diri menjadi penulis kambuhan. 
Minat                           :   Keuangan, Baca Novel, Nonton film, Nulis, Traveling

Bagi Anda yang pertama kali berkunjung di blog ini, saya ucapkan ‘Selamat membaca coretan2x kecil saya' – mungkin tak ada yang spesial, hanya sekedar berbagi dan bertukar cerita. Semoga bermanfaat dan jangan lupa, tinggalkan komentar supaya saya bisa berkunjung balik ke blog Anda sehingga kita bisa berbagi ilmu. Amin.  

(baca juga : Office)

EstriShinta Kamis, Desember 03, 2009
Read more ...

Senangnya punya banyak uang. Tentu... semua orang juga mau. Kerja nyantai, gaji besar, masa depan terjamin, bisa liburan kemana dan kapan pun kita mau. Nggak perlu pusing memikirkan anggaran, biaya hidup dan tetek-bengek yang memusingkan. Enak ya? Muda foya2x, tua kaya, mati masuk surga. Hiihihi, saya juga mau atuh....
Teman, sayangnya saya bukan orang kaya. Saya terlahir dari keluarga pas2xan. Untuk membeli baju baru saja saya harus bersabar menunggu lebaran tiba. Sewaktu sekolah uang SPP saya pun sering nunggak. Bahkan kaos kaki saya yang sudah longgar atasnya sering saya akali dengan mengikatkan karet gelang supaya erat dan nggak melorot ke mata kaki. Saya hobi baca, tapi saya nggak pernah membeli buku baru. Buku atau majalah yang ingin saya baca harus saya pinjam dari Dian (teman saya) atau perpustakaan, atau saya beli secara loakan. Lumayan irit, seingat saya harganya cuman seribu rupiah untuk tiga majalah. Memang harus seperti itu. Hidup dengan segala keterbatasan sungguh tidak nyaman. (pasti banyak yang mengamini kesimpulan saya ini).
Tapi kalau saya pikir lagi, bagaimana ya supaya saya kaya? Hidup seperti orang kaya… kalau saya kerjanya nyantai, yang ada saya malah dipecat. Kalau saya semau gue menghambur2xkan uang - liburan, shoping, suka2x saya, yang ada saya malah bangkrut, terlilit utang dikemudian hari. Mengharap warisan? Whwhwh, sudah saya bilang saya terlahir dari keluarga pas2xan.
Apa yang harus saya lakukan ? (*bingungmodeon*)
Teman, pendidikan saya juga pas2xan, cuman SMEA. Jadinya saya harus jungkir-balik mengejar ketertinggalan saya itu. Karena rekan2x saya banyak yang S1, mereka pintar2x, pergaulannya luas, pengetahuannya banyak... Tapi saya nggak mau kalah dong.... saya sudah bekerja lebih dari 10 tahun, jadi menurut saya seharusnya saya lebih pintar - soal pengalaman - dari mereka. Supaya seimbang, makanya tetap saja saya harus banyak2x belajar. Kenapa? Menurut saya, semakin saya pintar dan berpengalaman, maka perusahaan akan lebih dalam 'menilai' saya. Saya ingin menjadi aset. Supaya apa? Ya supaya saya digaji dengan gaji besar. Dengan gaji besar, banyak sekali yang ingin saya persiapkan untuk masa depan saya.
Wajar dong kalau saya menginginkan standar hidup yang lebih baik? Bercermin dari masa lalu saya - minimal untuk anak saya, saya nggak mau apa yang saya rasakan dulu dialami anak saya.
Dan disinilah susahnya.
Saya tau rejeki sudah ada yang mengatur, saya cukup berusaha dan pantang menyerah.... Berhubung gaji saya dan suami 'belum begitu besar', saya sebagai 'kasir' rumah-tangga harus pintar2x mengatur keuangan keluarga saya. Manajemen-nya sedikit rumit karena saya terbentur dengan income yang nge-pres.
Saya tanya beberapa teman saya, saya tanya juga mbah google, wuihhh... senang rasanya berteman dengan orang2x pintar. Banyak sekali yang saya dapatkan tentang tips2x mengatur keuangan keluarga (kadang tips ini juga bisa diterapkan di perusahaan tempat saya bekerja lho), dan saya ingin membaginya dengan teman2x (aihh, saya kurang baik apa coba?)
Dan kira2x begini tips2x yang saya dapatkan :
1.  Jangan besar pasak daripada tiang (so pasti…)
2.  Nabung di awal bulan, jangan di akhir bulan (mengharap uang sisa belanja, nggak bakalan ada….)
3.  Prosentase mengelola gaji sbb :
    ~ Tabungan (10%)
~ Me          ~ Membayar hutang / kredit (maksimal 30%), anggaran 30% ini bisa kita sisihkan untuk investasi jangka panjang jika kita sudah tidak memiliki hutang (misal : untuk Dana Pensiun, untuk Biaya Pendidikan Anak, untuk Berlibur atau membeli Kendaraan, dan lain sebagainya)
                   ~ Refreshing (5%)
                   ~ Biaya Lain2x (5%)
                   ~ Biaya Hidup (50%)
      menurut saya hitungan prosentase ini adalah yang paling cccok buat keuangan keluarga saya.
4.  Biaya Hidup dibagi lagi prosentasenya, misal untuk belanja bulanan sekian persen, untuk biaya sekolah anak sekian persen, untuk listrik sekian persen, untuk transportasi sekian persen, dan seterusnya. Prosentase ini bisa berbeda2x sesuai kebutuhan masing2x keluarga.
5.  Lebih baik lagi kalau kita mempunya Dana Cadangan (senilai 6x pengeluaran rutin bulanan kita). Kita tidak tau apa yang akan terjadi satu hari kemudian. Dana Cadangan ini akan sangat berguna bila kita mendapatkan musibah yang tidak kita inginkan, misal PHK, bencana alam, dan lain sebagainya.
Sebenarnya banyak sekali rencana2x yang ada di kepala saya. Misalkan tujuan jangka pendek : saya ingin sekali mempunyai rumah, bisa pulang kampung rutin satu tahun sekali tanpa mengandalkan THR, bisa berlibur ke luar kota dengan keluarga saya, mengganti motor butut suami saya… atau tujuan jangka panjang : menyiapkan uang kuliah anak saya, menyiapkan dana pensiun (18 tahun lagi, jika Tuhan memberikan saya umur panjang, sekitar umur 50 tahun-an saya ingin pensiun menikmati hari tua saya dengan tenang bersama suami) dan satu lagi, menyiapkan investasi yang bisa saya nikmati hasilnya di hari tua saya, misalkan rumah kontrakan/kos2xan, usaha rumah makan (saya sebagai bos-nya), atau sawah yang luas yang bisa saya pekerjakan pada orang lain.
Terus-terang saya belum sampai ke sana. Pos2x itu masih kosong di rekening saya. Karena gaji saya dan suami ‘belum begitu besar’, yang bisa saya jalankan baru point 1 s/d 4, sejauh ini menurut saya, lumayan-lah….
Saya berharap bisa meningkatkan income kami , sehingga waktu yang 18 tahun-an itu bisa saya manfaatkan baik2x untuk mewujudkan 'harapan2x’ saya. Butuh perjuangan panjang, memang.... Karena menurut saya, sebenarnya gaji yang kita dapatkan sekarang adalah : untuk membayar seluruh biaya hidup kita ‘di masa kini’ dan ‘masa depan’, itu nasehat yang saya dapatkan dari guru saya 'SS'. Semoga bermanfaat....
EstriShinta Selasa, Desember 01, 2009
Read more ...

Ke pantai yuuukkkk….  Bo’ong dech, kalo bilang gak suka pantai. Palagi anak2x, ini tuk pertama kalinya Aning nyemplung ke pantai. 

Putri - Aning - Angel

Tuh, mukanya bahagiaaaaa bangeeettttt…. xexexe 

biasanya dilarang neh mainan pasir

Kalo di kolam renang pastinya gak ada ombak, gak ada pasir, anginnya juga begitu2x ajah…



bisa maen pasir neeehhh, sepuasnya!



Sekarang bisa heboh deh ma temen2xnya. Serunya berlipat2x. Nggak berlaku aturan di sini, bebaassss....

Ngelihat aer sejauh mata memandang, sorak2x bergembira deh…. Serunya lagi, banyak teman yang bisa diajak main pasir, trus, dorong2xan ombak, kejar2xan... Aji mumpung kayaknya dia.
EstriShinta Senin, November 30, 2009
Read more ...

 
Sudah semingguan ini hujan mengguyur Depok, kota persinggahanku sejak tahun 1999... Hmmm, tempat tidur plus selimut rasanya nyamannnn sekali. Rasanya baru sebentar ya saya tidur - tanpa mimpi. Padahal di waktu hujan begini saya suka protes lho, maunya yang enak2x atau dispesialkan...
Misalkan, kalau pas hari libur... saya akan pilih berselimut sepanjang hari, memasak menu praktis atau mendingan beli di warung. Di tempat tidur bercanda dengan Aning, atau... masih dengan berselimut saya akan menonton tivi dan tidur2xan di sofa, menghirup aroma teh hangat (jasmine) kesukaan saya. Itu kalau di rumah....

Lain lagi kalau di kantor....
Kalau di kantor, saya menyempatkan untuk rame2x 'kolek-an' - istilahnya, patungan beli bakso atau gorengan untuk dimakan satu-dua mangkok rame2x (ibu2 di sini ada yang bilang seperti rayap napsu makannya. Bakso dua mangkok atau gorengan satu kresek bisa tandas dalam hitungan lima menit). Whwhwh....
Hujan....
Bagi saya selalu membawa suasana senang, riang, familiar....

Tapi bukan itu maksud saya....
Rasanya kok ada yang berubah ya dalam diri saya, dalam hal menyambut hujan ini? Sense atau rasa yang dulu suka muncul tiba2x di waktu gerimis atau hujan tak pernah saya rasakan lagi.
Dulu, duluuuu sekali... (saya suka mengendus2x bau tanah yang menguap sesaat setelah hujan). Bahkan, duluuuu... ceritanya - hehehe... narsis dikit nggak apa2x kan?- saya pernah membuat cerpen yang khusus mengenai hujan berjudul 'Saat Hujan Tiba' (sekarang bagi saya judul ini kok terdengar 'luggguuu' ya? :)), dimuat di majalah remaja semasa saya - 'Aneka'. Saya dapat honor dari cerpen pertama saya - yang entah apa judulnya, saat ambil weselnya di kantor pos pun saat hujan. Saya dapat kiriman 'Anita' - majalah yang pertama kali memuat cerpen saya itu, juga sewaktu hujan. Belajar malam2x, ditemani kopi bikinan nenek tercinta, rasanya lebih konsen kalau mendengar suara hujan. Pokoknya 'suara' hujan membuat saya jadi 'lain' deh.
Dulu, duluuu sekali... mendengar suara hujan, ide2x langsung bertumpuk di kepala saya, sehingga saya rela nggak tidur semalaman untuk menyelesaikan sebuah cerpen. Mendengar suara hujan, hati saya pun sering berdebar2x, senang, bahagia, semangat, romantis.... entah mengapa. Bau tanahnya itu lho, suara 'tik-tik'tik-tik'-nya itu lho, ...
Suatu hari, lagi2x sewaktu hujan, duluuuu sekali... nenek tercinta saya pernah bergumam,
"Ayem yo...." artinya "Tentram ya...." Saya mendengarnya sambil lalu, tapi sekarang2x ini saya baru bisa memaknainya. Lanjutnya, "Hujan2x begini, melihat gentong penuh oleh beras, nanti tinggal bikin sambal. Sudah, ... nggak perlu mikir apa2x. Mulyo / makmur rasanya...."
Ahh, nenek tercinta saya dengan kesederhanaannya... Sifat nrimo yang tak pernah saya jumpai di jaman sekarang.
Tidak hanya itu, banyak sekali hal2x yang saya dapatkan dari hujan.
Misalkan, dulu saya suka mendengarkan sandiwara radio 'Saur Sepuh', 'Mak Lampir', 'Arya Kamandanu'. Mendengarkannya rame2x, satu radio bisa didengarkan lebih dari 10 orang (bareng 2x tetangga), sehingga kalau sandiwara radionya habis kami bisa membahasnya bahkan membodoh2xnya penulis ceritanya kalau jalan ceritanya tidak seperti yang kami harapkan, hehehe... Sederhana, hangat, familiar....
Hujan memang membuat suasana hati saya (mungkin juga tidak hanya saya, tapi juga banyak orang) menjadi lain....


Tapi sekarang sense atau rasa itu kok nggak ada ya?
Entahlah... apa mungkin faktor usia dan perjalanan hidup saya bisa mempengaruhi ya....
Saya kehilangan 'dia'....
Padahal saya ingin sekali 'bernostalgia'. Di usia belasan, mungkin 14 atau 16 tahun-an lah... daya khayal saya meluap2x. Saya yang bersemangat, kreatif, penuh ide dan imajinasi.... Saya bisa hidup dalam imajinasi saya. Bisa menjadi apa saja, seorang putri, gadis cantik, petualang, bajak laut... Suka2x saya.... Apapun bisa saya wujudkan dalam imajinasi saya. Dan itu biasanya datang di waktu hujan.
Hujan...
Hari ini Depok hujan lagi. Saya coba memejamkan mata (seperti yang dulu sering saya lakukan)... menghirup dalam2x bau tanah oleh tetesan hujan. Dada saya mengembang. Akan saya cari 'ruh' yang hilang itu, karena saya tidak mau mati. Meskipun usia saya terus bertambah, imajinasi dan semangat saya harus terus menyala-nyala....

EstriShinta Sabtu, November 28, 2009
Read more ...


Ini adalah si sulung sekaligus si bungsu.  Jadi, so pasti banyak harapan, do'a dan impian yang diembannya kelak. Saya dan suami sepakat memberinya nama "Jiwaning Cahya Pangestuti' - setelah beberapa nama cowok yang telah kami persiapkan kandas oleh hadirnya si mungil yang cantik... 
'Jiwaning Cahya Pangestuti' bisa kami artikan kira2x begini: Jiwaning = hati, Cahya = cahaya/ sinar, Pangestuti = Kebaikan, yg kesemuanya berarti: hati yang menyinarkan kebaikan, kurang lebihnya seperti itu artinya...
karena harapan kami tak muluk2x sih, .... smoga Aning-nama panggilannya, bisa menjadi anak yang baik, menurut sama orang tua, cantik, pintar, berprestasi, berguna bagi agama, bangsa dan negara.... hehe... terlalu banyak harapan kami? So pasti semua orang tua menginginkan the best dalam segala hal buat anaknya.
Skala periodiknya begini :
Aning di tahun pertama : wuihhh, lucu... imut... tembem dan menggemaskan
Aning di tahun kedua dan ketiga : pinternya nggak ketulungan....
Aning di tahun keempat : kritis dan, eng-ing-eng.... mulai nih...
Aning di tahun kelima dan keenam : benar2x menguji kesabaran saya dan suami....
misalkan, nih : ketika Ayahnya dengan pelan, "Aning sholat..." Aningku yg bukan balita lagi masih meneruskan mainannya. Sekali lagi, "Aning sholat..." Aning masih meneruskan mainannya, cuek bebek... "Aning sholaaatttt...." Barulah dia beranjak dengan manyun or cemberutnya. Walah2x, tobat saya....
Sempat saya shock akan perubahan drastisnya ini....
Tiap hari tak bosan2xnya saya ngomel dan versi dia, 'Ibu galak banget', wuihhh, sudah diklaim saya oleh bidadari kecil ini.
Kalo saya bilang, "Aning harus mandiri dong, kan sudah besar... yg kreatif gitu lho, jadi anak..."
jawabnya dengan enteng, "Sebenernya aku tuh kreatif, Bu... ibu tuh yg bikin aku nggak kreatif..."
Gedubrakkkk....
Oh, bidadari kecilku....
Saya cuman tarik napas dalam2x....
EstriShinta Kamis, November 26, 2009
Read more ...


Akhir-akhir ini saya sedikit terganggu dengan konsep keluarga muda, teman-teman saya yg notabene adalah ibu2x muda juga. Sering, bahkan suerriinggg banget saya dikompor2x in, "Ayo dong, Mbak Estri... tambah lagi anaknya. Kan kasihan Aning, biar ada temannya." Pertama masuk kuping kanan keluar kuping kiri alias mental. Besoknya, "Hwaaa, Mbak... Mbak Ulfa isi lagi lho, udah tiga anaknya... Mbak Estri kapan?" atau, selang dua bulan berikutnya, "Tuh, kan... dibalap sama Mbak I'in, Mbak I'in dah hamil Mbak?
Ayo dong, Mbak Estri juga program... mumpung masih muda mbak. Ntar usia 35 ke atas sudah beresiko lho.... " Dalam hati, 'Emang kenapa? Orang lain hamil kok saya mesti repot... yg nyidam dia, yg eneg dia, yg repot juga dia... lagian ini, hamil kok dijadikan balapan...' Geli, sedikit kesel dan gemas, orang2x ini lho, kok aneh2x sih.

Sampai di rumah, tanpa saya ceritakan kepada suami tentang kehamilan teman2x saya, ketika Aning berulah tak semestinya, suamipun berkomentar, "Makanya, berikan Aning ade', biar dia tau rasanya berbagi, biar dia bisa mandiri..." atau ketika suami saya ditanya oleh teman2xnya, "Kapan nambah baby?" atau, "Anaknya baru satu ya..." Kok suami saya sepertinya malu ya. Beban gitu, merasa kalah telak... Whats?! Hare gene punya anak satu malu....?
Saya jadi bingung, kenapa ya orang2x dipusingkan dengan jumlah anak? Okey... memang benar anak adalah titipan Tuhan, berapapun Tuhan mau kasih itu adalah rejeki yang patut kita syukuri. Harus kita rawat dan kita jaga sebaik2xnya. Lha wong yg belum punya anak saja habis puluhan juta buat program bayi tabung... (ini pengalaman tetangga saya).

Tapi kan permasalahan tiap orang kan berbeda2x, Friend?

Bagaimana dengan problematika saya? Ada nggak yang memikirkan... Dengan satu anak saja repotnya minta ampun, belum mengasuhkan, belum mendidiknya, belum memantau tumbuh kembangnya, sampai2x saya pernah berpikir, 'Apakah saya sudah menjadi ibu yang baik buat anak saya?' atau, 'Apakah saya sudah cukup memfasilitasi dan mempersiapkan masa depannya?'. Soalnya, kadang... kadang2x gitu, saya merasa kehidupan saya kok aneh ya, beda gitu dengan orang2x? :? Logikanya, saya -dan suami tentunya- yang menghadirkan dia (anak kami) ke dunia. Ya saya -dan suami- dong yang harus bertanggung-jawab. Jangan sampai setelah lahir anak kami nanti terlantar, bisanya bikin-proses dan setelah lahir kita serahkan sama yang di atas alias pasrah... Wuihh, nggak bertanggung-jawab banget tuh versi saya.
Pikiran saya pernah terkuras habis gara2x seorang pembantu. Pembantu saya pulang kampung dan anak saya dititipkan di tetangga, wuiiihh trauma saya kalo mengingatnya. Saya kerja, suami kerja, anak sama orang lain...
Saya coba bayangkan perasaan anak saya waktu itu... kayak anak hilang, tak terurus... super melaassszzz, mau nangis saya melihatnya. Tiap saya pulang wajah anak saya seperti tertekan...
Itu baru satu anak...
belum lagi kalau anak sakit....
belum lagi kalau akhir bulan, bayaran inilah-itulah....
Saya suka gemas kalau suami mulai protes, soalnya dia melihat yang indah2x dengan banyak anak, nggak memikirkan konse
kwensinya, dengan segala keterbatasan kami.... kurang-lebihnya seperti ini: gaji berdua terhitung cukup (dalam artian nggak perlu sampai ngutang kiri-kanan), tapi untuk nabung masih nanti dulu... Kami masih tinggal di kontrakan. Bayaran sekolah anak lumayan besar untuk ukuran kami - ongkos ojek, pembantu, transport kami berdua, listrik, sampah, gas, belanja bulanan, makan, hehehe... karena saya orang keuangan sudah pasti saya hapal diluar kepala pendapatan dan pengeluaran bulanan kami... Dan itu sangat, sangat - sangat tidak bijaksana kalau kami menambah anak dalam kondisi seperti ini.
Apakah saya matre, terlalu terkungkung dengan 'uang'? Saya bisa jawab dengan tegas, tidak! Saya realistis... tapi semua argumen2x saya itu patah tiap dipertemukan dengan fatwa2x agama...

Ya, iyalah....
secara gituuu...

'Uang memang bukan segalanya, tapi dengan uang kita bisa berbuat banyak...'

Saya ingin bilang, 'Ini juga sebuah ikhtiar, sayang!' - usaha saya supaya keluarga saya adem-ayem, damai... Saya tak bisa membayangkan kalau saya hidup dalam tekanan2x, tanpa persiapan yang matang. Mau dibawa kemana keluarga ini?
Orang bisa berkata bla, bla, bla....
Tapi saya yang merasakan....
Saya bukannya takut sengsara... Tapi saya justru takut
membuat suami dan anak2x saya sengsara. Formulanya: Jaman sekarang hidup tanpa persiapan = bencana.

Toh dengan satu anak saya sudah merasa bahagia. Karena bagi saya, anak bukanlah milik kita. Dia nantinya akan mempunyai dunia dan kehidupannya sendiri. Berjalan dalam masanya sendiri. Dan tugas kita sebagai orang tua adalah mempersiapkannya ke arah itu. Dan satu hal, anak tak pernah berhutang pada orang tua. Jadi, 'misalkan Tuhan memberi saya umur panjang sehingga bisa menyaksikan anak saya tumbuh dewasa' Saya akan katakan padanya, 'Saya tidak akan menagih apa2x padanya.'
Terlalu menggurui...?
:)
Saya tulus merawatnya dan berharap selalu yang terbaik buatnya.

****


Padahal teman2x saya bilang, saya ini cocok lho dengan anak2x... Yup, benar sekali. Saya sangat menyukai anak2x. Karena sesekali, dalam usia saya yang beranjak 'tua' ini, saya juga bertingkah seperti mereka. Saya ingin hadirkan keceriaan dalam rumah saya...

Tapi mengapa saya tak jua menambah anak?


Teman, kondisi saya dan orang lain berbeda... Kalau, misalkan... tiba2x penghasilan saya atau suami diatas lima juta misalkan (mungkin nominal ini untuk sebagian orang dianggap kecil), sudah pasti saya sendiri yang akan menyampaikan ke suami, 'Ayo kita lepas program KB'. Kita bikin anak secepatnya... (hihihi, kayak bikin kue....)
Karena saya bisa kalkulasi plus-minus keuangan keluarga kami... Lah ini, keuangan pas2xan, rumah masih ngontrak mau nambah anak? Kawan... Miris lho memikirkan hari tua saya, jangan 2x saya nanti menyambut besan masih di rumah kontrakan? Ampun... jangan deh. Impian saya, sekecil dan sesederhana apapun kalau rumah sendiri, rasanya hidup ini tentram (karena nggak diusir2x)....

Eh, saya kok jadi ngelantur ya....

Menambah anak dan bikin rumah, memang ada hubungannya? Bagi saya, ada!
Banyak juga lho yang bilang ke saya, saya ini orangnya nrimo, mau menerima apa-adanya. Bagi saya, saya sudah mendapat banyak dari Tuhan. Suami (sementara ada beberapa teman saya yang belum bertemu jodohnya), anak (ada juga teman2x saya yang sudah menikah bertahun2x belum dikaruniai anak), rejeki (saya dan suami diberi pekerjaan di jalan halal, meskipun tidak berlimpah). Kenapa saya harus 'maruk'? Orang lain boleh punya rumah tingkat, saya dicukupkan dengan kontrakan - toh sementara, karena saya yakin suatu saat saya pun akan memiliki rumah - meskipun sederhana. Orang lain boleh punya laptop, saya dicukupkan dengan komputer tua yang loadingnya lamaaaa-nya minta ampun - tapi saya bisa menggunakannya dengan optimal, jadi sangat2x efektif. Orang lain boleh punya anak banyak, saya dicukupkan dengan satu anak, mudah2xan anak saya yang satu ini bisa saya asuh sebaik2xnya buat masa depannya kelak. Karena bagi saya, rumah tingkat-laptop-anak banyak- itu akan menyusahkan, karena itu bukan jatah saya - untuk saat ini.
Jalan hidup saya berbeda...
Jadi, sabar ya suamiku sayaanggg....

EstriShinta Rabu, November 25, 2009
Read more ...