Tayangan :

 


 
                  Saya mendapat telepon dari nomor tak dikenal. Sempat curigation juga mengingat banyaknya penipuan akhir-akhir ini.
               
                  “Hallo..,” suara di seberang sana. Sepertinya dia lagi di pinggir jalan atau malah di terminal karena backing vokalnya berisik banget.

“Ya hallo…?” jawab saya.

“Kamu lagi di mana?”

Saya mengernyit, bingung karena suaranya tak saya kenal. Cuman logatnya pastilah Jawa. Wah, teman saya Jawa di kampung buanyakk. “Ini siapa ya?” tanya saya ragu.
Agak lama menjawab, “Andree!!”
Deg. Saya punya teman namanya Andre, tapi anaknya stress abis. Masak dia mau terror saya? Tapi nggak mungkin ah. Lagian nomor hp saya ini baru, nggak mungkin dia tau nomor hp ini karena nomor saya memang sering gonta-ganti (hobi mengikuti provider yang paling murah, hihihi)
“Andre?? Andre siapa ya?” ulang saya penasaran.
“Andre… “ Kedengeran saya, “Andre keponakan Mbak Asiiihh!”
Warung di belakang Buring yang saya kenal memang namanya Mbak Asih, tapi saya nggak kenal keponakannya, apalagi namanya Andre…
“Haa”! Andre keponakan Mbak Asih?” saya ulang pernyataannya.
“Bukan…”
Lho?!
“Andreee… Andre sebelahnya Pak RT…?!” suaranya diset stereo.
“Haa, sebelahnya Pak RT?”
“Iyaaa. Kamu lagi dimanaaa?”
Saya masih di tempat kerja. Tapi saya nggak jawab. “Lah kamu, mau ngomong sama siapa ini?” saya ikutan berkamu-kamu.
“Ini siapa?” dia ganti nanya.
“Lah ini, kamu nelpon siapa?” saya nggak jawab.
Agak lama juga. “… Ini… Bu Suratmi bukan?”
Gedubrakkk
Geli bukan kepalang saya. “Tuh kan, kamu salah sambung…”
“Ini bukan Bu Suratmi ya?”
“Bukaannn… salah sambung… “
“O, iya-iya….” Mungkin dia cek ulang nomornya dan menyadari kekeliruannya, “Maaf, salah sambung…. "
"Iya, kamu salah sambung!"
"Assalamu’alaikum.”
“Wa' alaikum salam….”
Lutuna....

(Senin, 15 Feb 2010 : kejadian menjelang magrib)

(Senin, 15



EstriShinta Senin, Februari 15, 2010
Read more ...